Candi Borobudur

Foto By @tia_alcantara

Lokasi: Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Map: Klik Disini
HTM: Wisatawan Domestik Rp.12.000-Rp.30.000, Wisman $10-$20
Buka Tutup: 06.00 – 17.00 WIB
Telepon: (0293) 788266

Tidak dapat dipungkiri bahwa Candi Borobudur adalah salah satu bangunan bersejarah yang memiliki pengaruh paling besar dalam memperkenalkan nama Indonesia di dunia pariwisata Internasional.

Pengaruh Candi Borobudur secara umum bisa dilihat dari sejumlah relik yang tersimpan di sejumlah museum di dunia.

Diantaranya seperti Museum Agama di Taipe, British Museum di Inggris, Museum Louvreseum di Paris, Tropen Museum di Amsterdam, Museum Nasional Bangkok, Museum Negara di Kuala Lumpur dan tentunya Museum Nasional Indonesia.

Foto By @tia_alcantara

Candi Borobudur oleh UNESCO juga ditetapkan sebagai salah satu world heritage atau situs warisan dunia dan diakui oleh Guinness World of Records di London, Inggris sebagai candi Buddha terbesar di dunia.

Dan candi Borobudur berada diurutan ke-3 dari 15 bangunan yang masuk kategori “15 Iconic Adventures Worth the Effort” versi National Geographic yang berkantor di Washington DC, Amerika Serikat.

Namun sayangnya candi Borobudur tersebut tidak masuk dalam kategori Seven Wonder World.

Di dunia pariwisata, Candi Borobudur juga memiliki peran yang sangat penting dalam mendongkrak kunjungan turis mancanegara ke Indonesia.

Hal ini dikarenakan mahakarya arsitektur tersebut tercatat sebagai objek wisata tunggal yang paling banyak dikunjungi di Indonesia.

Bahkan, meski harga tiket untuk masuk ke lokasi setiap 3 – 5 tahun sekali dinaikkan, animo wisatawan untuk datang ke lokasi tidak pernah berkurang.

Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah wisatawan sampai dengan pertengahan tahun 2024 yang sudah lebih dari 5 juta orang.

Padahal terhitung sejak tanggal 1 Mei 2024, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko selaku pengelola ketiga peninggalan bersejarah tersebut telah menaikkan harga tiket masuk.

Untuk wisatawan lokal mulai dari Rp.12.000 hingga Rp.30.000, sedang untuk turis mancanegara dari $10 sampai $20.

Tidak dapat dipungkiri pula bahwa naiknya pamor Jogja sebagai primadona pariwisata di Indonesia setelah Bali tidak lepas dari keberadaan Candi Borobudur.

Meski secara administratif candi Borobudur masuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Hal tersebut bisa dilihat dari dicantumkannya Candi Borobudur ke dalam daftar kunjungan pada Paket Wisata Jogjakarta yang ditawarkan oleh hampir semua jasa tour & travel.

Foto By @tia_alcantara

Dengan segala kelebihan yang dimiliki Borobudur, membuat informasi tentang candi ini tidak sulit untuk dicari di berbagai literatur, ensiklopedia serta buku-buku pengetahuan umum.

Bahkan lewat berbagai website dan sosial media seperti wikipedia, wikimapia, kaskus, foursquare, instagram, youtube, facebook, tumblr serta yang lain.

Mengenal Sekilas
❤️

Jika membuka gambar peta atau melihat google map lewat layar smartphone, letak dari Candi Borobudur ini secara administratif berada di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kab.Magelang, dengan titik koordinat 7,608°LS 110,204°BT.

Candi ini memiliki luas dasar 123 x 123 meter2 yang terdiri atas 6 teras dengan tinggi asli 42 meter dan tinggi saat ini 35 meter.

Sistem struktur Borobudur berupa piramida berundak dengan bahan berupa susunan blok batu andesit yang satu sama lain saling mengunci.

Pada dinding candi terdapat 2.672 relief dan 504 arca Buddha. Di bagian puncak ada stupa utama dengan ukuran paling besar yang dikeliling 72 stupa berbentuk tiga barisan melingkar.

Stupa yang mengelilingi tersebut bentuknya berlubang, dimana pada bagian tengahnya terdapat patung Buddha yang sedang duduk bersila.

Borobudur ditemukan untuk pertama kalinya oleh Sir Thomas Stanford Raffles setelah berabad-abad lamanya terkubur lapisan tanah dan debu vulkanik serta ditumbuhi semak belukan dan pepohonan.

Nama Borobudur sendiri diambil dari buku yang ditulis oleh Raffles yang berjudul “Sejarah Pulau Jawa”.

Istilah Borobudur menurut raffles berasal dari “Bore” yang artinya “Desa” dan “Budur” yang artinya “Purba”.

Namun ada arkeolog berpendapat bahwa kata “Budur” berasal dari kata “Budhara” yang artinya “Gunung” karena candi ini memang dibangun di atas bukit/gunung.

Teori lain yang berkaitan dengan nama Borobudur menurut ilmu etimologi berasal dari kata yang sering diucapan oleh umat Buddha yaitu “Bara” artinya “vihara” dan Bedhuhur” artinya tinggi.

Setelah mengelami pergeseran bunyi, kata Bara Bedhuhur berubah menjadi Borobudur. Tentang teori mana yang paling benar tentang asal-usul namanya, hingga kini belum ada kepastian.

Seiring dengan perjalanan waktu, pemugaran terhadap Candi Borobudur terus dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1960-an.

Sebelum akhirnya mendapat perhatian dan bantuan dari UNESCO untuk melakukan perbaikan monumen secara menyeluruh antara tahun 1975 – 1982.

Setelah selesai dipugar secara total, Candi Borobudur oleh umat Buddha di Indonesia dijadikan tempat untuk merayakan hari suci Waisak setiap setahun sekali, tepatnya pada saat bulan purnama sekitar bulan Mei – Juni.

Bahkan, dalam perkembangannya tidak hanya umat Buddha di Indonesia saja yang merayakan Waisak di Borobudur, tapi juga umat Buddha dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Myanmar, Vietnam, serta yang lain.

Foto By @rafsanjanimustahar

Pada tanggal 21 Januari 1985, Borobudur terkena serangan bom yang membuat beberapa stupa hancur berkeping-keping.

Pada 27 Mei 2006 candi ini juga sempat diguncang gempa berskala 6,2 richter yang meluluhlantakkan beberapa kawasan yang ada di Yogyakarta. Namun untungnya Borobudur masih tetap utuh.

Lanjut:  Serunya Nongkrong Ditemani View Pegunungan di Cafe Cerita Kita Magelang

Dengan sejuta kelebihan yang dimiliki Borobudur, membuat candi ini dijadikan sebagai lambang Kabupaten Magelang dan Provinsi Jawa Tengah.

Borobudur juga dipakai sebagai nama Perguruan Tinggi, badan usaha, institusi serta beberapa rumah makan baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Tak hanya itu, Borobudur juga menghiasi uang rupiah, gambar perangko, termasuk materi untuk mempromosikan pariwisata Indonesia.

Sejarah Berdirinya
❤️

Saksi kejayaan Nusantara dimasa lalu ini, menurut sumber sejarah yang telah diakui validitasnya, dibangun sekitar abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra dimasa pemerintahan Raja Samaratungga, dengan dipimpin arsitek ulung bernama Gunadarma.

Bahan untuk pembuatan Candi Borobudur berupa jutaan meter kubik batu andesit yang diambil dari Sungai progo dengan jarak sekitar 2 km dari lokasi candi.

Batu yang awalnya berukuran besar-besar tersebut dipotong-potong, lantas disusun dengan sistem saling mengunci atau interlock, sehingga keseluruhan bangunan candi saling terkait.

Candi Borobudur adalah manifestasi atau lambang dari kehidupan yang dijalani manusia dalam pandangan agama Buddha.

Sehingga candi ini memiliki tiga tingkat, yaitu: “Kamadatu” yang melambangkan kehidupan manusia saat masih dipenuhi hawa nafsu dan angkara murka.

Sementara “Rupadatu” saat nafsu atau keinginan duniawi tersebut mulai sirna, dan “Arupadatu” yang melambangkan manusia telah mencapai kesempurnaan.

Foto by @tia_alcantara

Pada abad IX – XI, candi Borobudur banyak dikunjungi umat Buddha dari berbagai negara seperti Thailand, Myanmar, Tiongkok, India dan dari negara-negara lainnya, karena Borobudur memang dijadikan sebagai pusat study agama Buddha.

Saat itu mereka yang datang ke Borobudur lewat Pelabuhan Semarang yang masih bernama Pragota atau Bergota.

Tidak diketahui jelas, sejak kapan Borobudur mulai ditinggalkan dan dilupakan oleh para peziarah, hingga akhirnya terkubur oleh tanah dan debu vulkanik selama berabad-abad.

Alasan yang membuat bangunan suci ini ditinggalkan juga tidak diketahui dengan pasti.

Namun ada pendapat mengatakan bahwa Borobudur mulai terhapus dari jejak sejarah sejak terjadinya serangkaian letusan gunung berapi.

Dan kejadian ini membuat Raja Mpu Sindok sekiar tahun 928 – 1006 M memindahkan Ibukota Kerajaan Medang ke Jawa Timur.

Meski merupakan bangunan yang sangat fenomenal pada zamannya dan juga pada saat ini, Candi Borobudur tidak pernah disebut dalam naskah-naskah kuna.

Dan hanya dalam kitab Negarakeragama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 di masa pemerintahan Majapahit yang secara sekilas menyebutkan tentang keberadaan wihara di Budur.

Minimnya informasi dan catatan sejarah tentang candi ini, membuat teori-teori baru tentang keberadaan candi Borobudur bermunculan yang sebagian justru bertolak belakang dengan teori yang telah berkembang sebelumnya.

Salah satu teori yang sempat ramai diperbincangkan adalah teori yang mengatakan bahwa Borobudur dibangun oleh Nabi Sulaiman.

Teori yang cukup kontroversial tersebut juga bukan tanpa alasan. Sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an, Nabi Sulaiman memiliki mukjizat dapat berbicara dengan semua jenis binatang, bangsa jin bahkan angin.

Foto By @tia_alcantara

Dalam salah satu kisah disebutkan bahwa Nabi Sulaiman mendengar cerita dari burung Hud-hud bahwa dia melihat sebuah negeri bernama Saba yang dipimpin oleh seorang Ratu, dimana rakyatnya menyembah matahari.

Nabi Sulaiman kemudian mengutus burung hud-hud untuk menyampaikan surat kepada Ratu Saba, agar dia dan rakyatnya bertaubat serta berserah diri kepada Allah.

Dalam proses pertaubatan tersebut, Nabi Sulaiman memindahkan singgasana ratu Saba ke istananya dalam waktu sekejap.

Sehingga saat sang Ratu berkunjung, dia mendapati singgasananya telah berada di istana Nabi Sulaiman.

Merujuk dari kisah yang tertulis di Al Quran, “Sleman”yang merupakan daerah tempat berdirinya Borobudur berasal dari kata “Sulaiman”.

Sementara nama Sulaiman sendiri dipercaya sebagai nama Jawa karena berawalan kata “Su” dan tidak ada satupun Nabi yang menggunakan nama dengan awalan “Su”.

Negeri Saba yang dalam kisah Quran adalah negeri yang dipenuhi banyak pepohonan dipercaya sebagai daerah Wanasaba yang berasal dari kata “Wana” yang artinya “hutan” dan “Saba”.

Terkait dengan dipindahkannya singgasana Ratu Saba ke istana Nabi Sulaiman yang tidak lain adalah Borobudur yang dibangun oleh bangsa jin.

Hal tersebut dibuktikan dengan hilangnya singgasana di Istana Ratu Baka yang merupakan istananya Ratu Saba.

Pendapat tersebut dikuatkan dengan ditemukannya lempengan emas bertuliskan lafadz “Bismillah” di kolam yang lokasinya tidak jauh dari Borobudur.

Lempengan emas bertuliskan “Bismillah” yang sampai saat ini disimpan di Museum Nasional tersebut dipercaya sebagai surat yang dikirimkan Nabi Sulaiman kepada Ratu Saba.

Surat ini dikirim dengan perantaraan burung Hud-hud karena nabi yang pertama kali menulis kata “Bismillah” memang Nabi Sulaiman.

Bukti lain kalau Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman adalah banyaknya relief yang ada hubungannya dengan kisah-kisah Nabi Sulaiman, seperti tabut, burung Hud-hud, serta yang lain.

Foto By @tia_alcantara

Tentang teori keberadaan candi Borobudur mana yang paling benar diantara sekian banyak teori yang ada, hingga kini memang masih menjadi tanda tanya besar, mengingat minimnya bukti sejarah yang menyertai keberadaan bangunan monumental ini.

Jika ada kebenaran tentang Borobudur yang tidak terbantahkan adalah bahwa Borobudur merupakan mahakarya dan puncak pencapaian dari tekhnik arsitektur yang diselaraskan dengan estetika seni rupa serta nilai-nilai religi.

Rute Menuju Lokasi
❤️

Sebagai landmark termegah di Indonesia, sebenarnya tidak sulit untuk berkunjung ke Candi Borobudur, karena sejumlah papan petunjuk jalan akan membantu mengantar Anda untuk sampai ke tempat tujuan.

Kalaupun tersesat di tengah jalan, hampir semua penduduk Jogja dan Jawa Tengah akan dengan senang hati membantu menunjukkan jalan yang harus Anda lalui.

Lanjut:  Buka Jam Berapa Rumah Kamera Magelang

Namun untuk lebih mempermudah perjalanan Anda menuju ke lokasi Candi Borobudur, tidak ada salahnya untuk mengikuti rute sebagaimana tersebut berikut ini.

Borobudur yang berjarak sekitar 45 km dari kota Jogja dan sekitar 90 km dari kota Semarang dapat ditempuh dari Ibukota Provinsi DIY dan Ibukota Provinsi Jawa Tengah ini.

Jika berangkat dari Jogja, Anda dapat naik bus jurusan Borobudur di terminal Giwangan atau sub terminal Jombor.

Jika berangkat dari terminal Giwangan, bus akan melewati rute Ringroad, Gampingan, berlanjut ke terminal Jombor, JL. Magelang, Sleman.

Kemudian akan berhenti sekitar 30 menit di terminal Muntilan, sebelum melanjutkan kembali perjalanan hingga terminal Borobudur.

Setelah sampai terminal Borobudur, Anda bisa naik andong, becak atau berjalan kaki sejauh sekitar 500 meter menuju pelataran Borobudur.

Foto By @rafsanjanimustahar

Perjalanan dari Jogja dengan menggunakan kendaraan pribadi dapat melalui JL. Magelang, Sleman, Tempel, berlanjut ke Salam, Muntilan.

Lalu berbelok ke kanan setelah sampai di Palbapang (pertigaan sebelum Blabak). Selanjutnya Anda akan melewati Mendut sebelum sampai di lokasi.

Jika berangkat dari kota Semarang, untuk yang memakai angkutan umum bisa mencari bus jurusan Jogja di terminal Semarang.

Dengan bus tersebut Anda akan melalui kota Semarang, Ungaran, Bawean, Ambarawa, Pringsut dan Secang sebelum sampai terminal Magelang. Di terminal Magelang Anda harus berganti bus jurusan Borobudur.

Perjalanan menggunakan kendaraan pribadi, jika berangkat dari kota Semarang dapat melewati rute Ungaran menuju ke Bawean.

Sesampai di pertigaan Bawean berbeloklah ke kanan menuju ke Ambarawa, Pringsurat (Temanggung), Secang, Magelang hingga Mertoyudan.

Begitu tiba di pertigaan Blondo berbeloklah ke kanan dan ikuti terus jalan tersebut hingga melewati Kantor Bupati Magelang.

Saat sampai di pertigaan kolam renang Karet, belokkan kendaraan sekali lagi ke kanan dan tidak lama kemudian Anda sudah memasuki area parkir Borobudur.

Aktifitas Menarik
❤️

Karena yang akan Anda kunjungi adalah bangunan kuna peninggalan masa lampau, sudah barang tentu aktifitas utama selama berada di lokasi Candi Borobudur adalah menikmati wisata sejarah.

Namun, tidak hanya wisata sejarah saja yang dapat Anda nikmati di sini, masih banyak aktifitas lainnya yang tidak kalah menarik.

Beberapa dari aktifitas menarik selama mengunjungi Candi Borobudur diantaranya adalah:

– Pradaksina

Aktifitas utama di lokasi Candi Borobudur, yaitu menikmati sekaligus mempelajar relief-relief yang menempel di dinding candi dengan cara berjalan searah jarum jam mengitari candi dimulai dari tingkatan pertama hingga tiba di puncak candi.

Perjalanan melakukan Pradaksina mulai dari tingkat satu hingga ke puncak, jika dilakukan secara penuh, sama dengan menempuh perjalanan sejauh 2 km.

Karena itu, jangan lupa membawa topi, sunblock, serta air minum untuk menemani perjalanan.

Melalui Pradaksina itulah akan dapat Anda nikmati berbagai macam gambar relief dengan berbagai bentuk, seperti sosok manusia mulai dari pertapa, bangsawan dan rakyat jelata.

Hingga berbagai jenis hewan, tumbuhan, aneka bangunan vernakular tradisional Nusantara seperti istana, candi, rumah panggung, lumbung, persenjataan, busana, perhiasan serta lainnya.

Karena itu banyak yang mengatakan bahwa meski secara fisik merupaka sebuah bangunan namun pada hakikatnya Borobudur adalah sebuah kitab yang merekam dan mengabadikan berbagai macam aspek kehidupan penduduk Jawa Kuna.

Sehingga tidak sedikit para arkeolog yang melakukan penelitian kehidupan masyarakat Jawa kuna pada masa lampau, menjadikan relief yang ada di Borobudur sebagai bahan rujukan.

– Menikmati Sunrise, Sunset dan Keindahan Alam

Berdiri di atas tumpukan batu candi sambil menikmati pemandangan alam bernuansa pedesaan di bawahnya, akan menjadi sensasi tersendiri yang sulit untuk dilupakan.

Foto By @tia_alcantara

Pemandangan alam Borobudur sangat istimewa karena berdiri di atas bukit yang dikelilingi Gunung Sumbing dan Gunung Sundoro di sisi Barat Laut serta Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di sebelah Timur Laut.

Sedang di sebelah Selatan, jajaran Perbukitan Menoreh tampak menghampar dan di sebelah Utara tersaji panorama Bukit Tidar.

Keindahan lukisan alam tersebut akan mencapai titik kesempurnaan saat menjelang fajar atau saat matahari akan pulang ke peraduan.

Karena sunrise dan sunset yang dinikmati di atas candi Borobudur memberikan nuansa yang berbeda lewat cahaya keemasan matahari yang menerobos melalui lubang-lubang pada stupa.

– Berkunjung ke Museum Samudraraksa

Museum Kapal Samudraraksa di sebelah utara Candi Borobudur menyimpan berbagai miniatur kapal, barang-barang yang ditemukan pada kapal karam, dan berbagai macam benda langka yang terkait dengan sejarah pelayaran dunia.

Puncak dari semua koleksi yang dimiliki museum ini adalah Kapal Samudraraksa atau Kapal Borobudur.

Pembuatan Kapal Borobudur ini berawal dari kunjungan Phillipe Beale, seorang mantan Angkatan Laut dari Inggris yang terpesona melihat relief kapal yang terpahat pada dinding Candi Borobudur.

Karena itulah dia bermaksud membuat kapal serupa yang pembuatannya dipercayakan kepada As’ad Abdulah, seorang pembuat perahu yang tinggal di Pulau Pagerungan Kecil yang ada di Kabupaten Sumenep, Madura.

Kapal dengan panjang 18,29m, lebar 4,5m serta tinggi 2,25m tersebut keseluruhan bahannya dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti kayu ulin sebagai badan kapal.

Lalu ijuk dan serat nanas sebagai tali, karung beras untuk layar, bambu serta yang lainnya.

Meski demikian, Kapal Samudraraksa yang artinya Sang Pelindung Laut tersebut pada tahun 2004 pernah dipakai untuk sebuah ekspedisi napak tilas perjalanan bahari abad VIII dengan mengarungi The Cinnamon Route.

Perjalanan tersebut dimulai dari Jawa Tengah menuju Madagaskar, Capetown, Ghana.

Lanjut:  Bukit Therma Gereja Ayam, Spot Favorit Untuk Hunting Sunrise di Magelang

Selama berbulan-bulan kapal tanpa mesin tersebut mengarungi samudra dan sempat terdampar di Perairan Somalia sebelum akhirnya tiba di Pelabuhan Tema yang ada di Accra Ghana pada 23 Pebruari 2004.

Kapal yang akhirnya dibawa pulang kembali ke Indonesia dan disimpan di Museum Samudraraksa tersebut membuktikan bahwa bangsa Indonesia pada abad VIII telah lebih dahulu melakukan pelayaran hingga Tanjung Harapan.

Dan jauh sebelum bangsa Portugis melakukan pelayaran ke Afrika pada pertengahan abad XVI.

– Berkunjung ke Museum Karmawibangga

Museum ini lokasinya tidak jauh dari Museum Samudraraksa, tepatnya di dekat pintu keluar.

Museum ini menyimpan berbagai temuan benda purbakala di sekitar Borobudur dalam bentuk periuk, kendi, tembikar, batu-batu candi yang belum ditemukan pasangannya.

Lalu ada juga arca tersohor yang sering disebut “Unfinished Buddha” serta bagian relief candi yang tidak dapat dilihat karena telah ditutup dengan batu.

Diantara sekian banyak koleksi yang ada di museum ini, koleksi yang paling menarik perhatian adalah foto relief “Kamasura” dan “Karmawibangga” yang bercerita tentang hukum sebab-akibat.

Sayangnya, suasana di dalam museum ini terkesan kusam, tidak seperti Museum Samudraraksa yang bersih dan dilengkapi AC.

– Bersepeda, Menunggang Gajah, Naik Andong Wisata dan Kereta Kelinci

Menyewa sepeda tandem ditempat persewaan yang ada di kawasan Candi Borobudur dan berkeliling bersama pasangan, teman atau keluarga melintasi jalan-jalan yang jarang dilewati wisatawan tentunya akan menjadi pengalaman menarik.

Foto By @tia_alcantara

Anda juga dapat mengitari kawasan candi bagian bawah dengan menggunakan Andong Wisata serta kereta Kelinci dengan harga yang relatif murah, jika ingin mengitari kawasan candi tanpa harus berjalan kaki.

Satu lagi aktifitas jalan-jalan di kawasan Candi Borobudur yang mengasyikkan adalah tour menunggang gajah berkeliling desa serta melewati sungai yang ada di sekitar candi.

Aktifitas yang satu ini tidak boleh ditinggalkan, karena tidak di semua tempat bisa Anda temukan kesempatan untuk menunggang gajah.

– Berkunjung ke Beberapa Tempat Wisata di Sekitar Candi Borobudur

Puas menikmati Borobudur, sempatkan untuk mengeliling beberapa tempat wisata lain yang lokasinya dekat dengan Candi Borobudur.

Pasalnya, beberapa tempat wisata tersebut memiliki keterkaitan dengan Borobudur, seperti Candi Mendut yang memiliki 3 arca Buddha berukuran besar, Candi Pawon yang merupakan candi berukuran paling kecil.

Dan Bukit Punthuk Setumbu yang banyak dijadikan spot para fotografer untuk mengabadikan Candi Borobudur dari kejauhan saat fajar akan menjelang.

Selain ketiga tempat tersebut, beberapa tempat wisata lainnya yang berlokasi tidak jauh dari Borobudur diantaranya adalah Gereja Ayam, Purwosari Hill, Desa Wisata Klipoh, Desa Wisata Wanurejo dan wisata air Rafting di Sungai Elo.

– Menikmati Kuliner Khas Jawa

Kunjungan Anda ke Candi Borobudur serasa belum lengkap jika belum menikmati aneka kuliner khas Jawa yang dapat ditemui di sekitar kawasan candi.

Beberapa kuliner yang dijamin bakal menggoyang lidah Anda diantaranya adalah “Tongseng Jamur” yang disajikan dengan kuah kaya rempah.

Dan kedua menu “Mangut Beong” berupa ikan endemik Sungai Progo bernama Ikan Beong dengan bentuk menyerupai lele namun memiliki ukuran yang lebih besar.

Mangut Beong ini diracik dengan bumbu pedas dan santan yang memiliki rasa luar biasa.

Selain kuliner yang dapat dinikmati di tempat, Anda juga wajib membeli oleh-oleh khas Borobudur untuk dibawa pulang, seperti stup pepaya, jenang pepaya, Jet Cooled, aneka kerajinan tangan, serta batik.

Tips Saat Berkunjung❤️

Agar kunjungan Anda ke Candi Borobudur menjadi lebih berkesan dan tidak menemui persoalan apapun, ada baiknya untuk memperhatikan beberapa tips berikut ini:

– Gunakan guide atau pemandu resmi agar bisa memperoleh informasi yang komprehensif tentang kisah dan sejarah yang terpahat pada relief candi.

Untuk menyewa pemandu, bagi wisatawan lokal hanya dikenakan tarif sebesar Rp.50.000.

– Pilih waktu terbaik saat berkunjung, dan waktu terbaik tersebut adalah pada pagi hari, disaat Borobudur masih belum dipenuhi oleh pengunjung, atau menjelang sore untuk menghindari panasnya sinar matahari yang membakar kulit.

– Bawalah payung, topi, selendang atau pelindung kepala yang lain agar terik matahari dapat sedikit diredam.

– Kenakan pakaian yang nyaman, longgar dan berbahan kain yang mudah menyerap keringat, disamping sarung batik yang wajib dikenakan saat memasuki area candi. Untuk sarung batik ini akan Anda terima saat berada di pintu masuk.

– Pakai alas kaki yang nyaman seperti sepatu keds, flat shoes atau sandal gunung agar kaki terasa nyaman saat dipakai berkeliling dan berjalan menuju puncak candi.

Hindari penggunaan sepatu atau sandal berhak tinggi karena dipastikan akan menyiksa perjalanan Anda.

– Suasana yang spesial di Candi Borobudur adalah saat peringatan Hari Waisyak dihari terakhir pada sekitar bulan Mei – Juni.

Karena pada saat itu Anda dapat menyaksikan Festival Lampion, yakni penerbangan ribuan lampion yang dilakukan di pelataran Candi Borobudur.


Satu pemikiran pada “Candi Borobudur”

  1. Sebenarnya pertemuan ratu Sheba & raja Sulaiman juga ada dlm Alkitab. Ratu Sheba dari Lebanon yg terkenal dengan hutan “cedar” sejenis pohon kamper. Kayu inilah yg banyak dipakai uuntuk membangun Bait Suci.

    Balas

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!