Candi Sukuh Karanganyar

Lokasi: Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57793
Map: Klik Disini
HTM: Rp.7.000
Buka Tutup: 08.00 – 17.00 WIB
Telepon: 0813 3525 4178

Candi Sukuh memang tidak semegah Borobudur dan juga tidak seeksotis Prambanan. Namun, sejak tahun 1995, Sukuh yang terletak di Kabupaten Karanganyar ini diakui oleh UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia.

Pengakuan dari lembaga internasional tersebut tentu bukan alasan. Meski Sukuh merupakan candi dengan usia paling mudah diantara semua candi yang ada di Indonesia namun bentuknya yang berbeda dari candi yang lain membuatnya terkesan eksklusif.

Dan eksklusifitas tersebut menjadi semakin unik dan menarik karena di kompleks candi banyak ditemui patung-patung, relief-relief dan ornamen-ornamen vulgar yang dalam kacamata zaman sekarang dipandang pornografi.

Selain mengeksploitasi gambar dan bentuk phallus dan vagina atau lingga dan yoni, bentuk dan struktur Sukuh juga dipandang unik, karena berbeda dengan bentuk-bentuk candi Hindu maupun Budha yang ada di tanah Jawa.

Foto By @tentangkaranganyar

Bentuk Sukuh lebih menyerupai bentuk-bentuk situs warisan bangsa Aztek dan Suku Maya yang ada di Amerika Tengah serta situs-situs peninggalan budaya Inca di Peru dengan dengan struktur mirip bangunan pyramid di Mesir.

Berbagai keunikan itulah yang membuat Sukuh menarik perhatian banyak wisatawan dan para arkeolog, tidak hanya dari dalam negeri tapi juga dari mancanegara.

Sayangnya, objek wisata sejarah yang sangat potensial tersebut masih belum dikelola dengan maksimal, utamanya dari sisi infrastruktur.

Karena untuk menuju ke lokasi wisata, tidak tersedia transportasi umum yang representatif disamping akses jalan yang sempit.

Fasilitas yang ada di kawasan Sukuh juga masih sangat sederhana dan lebih bersandar pada peran serta masyarakat, tanpa ada greget dari pemerintah untuk berusaha mengembangkan atau setidaknya menarik para investor.

Padahal dengan lokasi yang berada di lereng Gunung Lawu, membuat kawasan di sekitarnya sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata.

Sejarah Singkat
❤️

Foto By @mitaeka2805

Sukuh Temple dilaporkan keberadaannya untuk pertama kali pada 1815 atau pada masa pemerintahan Britania Raya oleh Residen Surakarta yang bernama Jhonson.

Yang mana pada saat itu ia mendapat tugas khusus dari Thomas Stanford Raffles untuk mencari dan mengumpulkan data guna penulisan buku yang berjudul The History of Java.

Selanjutnya pada tahun 1842, seorang arkeolog Belanda bernama van der Vlis kembali melakukan penelitian terhadap Sukuh.

Dilanjutkan Verbeek tahun 1889 serta W.F. Stutterheim dan Knebel tahun 1910 yang hasil penelitiannya dibukukan dengan judul Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto.

Bangunan Sukuh terkesan eksklusif karena bentuknya berbeda dari candi-candi agama Hindu dan Budha lainnya yang ada di Jateng, Yogyakarta maupun Jatim.

Tapi justru lebih mirip dengan situs-situs peninggalan budaya Maya yang ada di Meksiko serta situs budaya Inca di Peru dengan struktur menyerupai bangunan pyramid di Mesir.

Adanya kemiripan bentuk antara Sukuh dengan situs peninggalan budaya Maya, Inca, serta situs-situs sejarah lainnya yang ada di Asia dan Afrika itulah yang membuat munculnya berbagai teori.

Mulai dari teori tentang persebaran budaya lintas benua sampai dengan teori alien purba yang mengajarkan peradaban dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat prasejarah.

Untuk mengetahui seberapa besar kemiripan bentuk dari situs yang dipisahkan oleh samodra yang membentang tersebut, dapat dilihat pada foto-foto serta gambar-gambar video yang banyak diunggah di youtube.

Perbedaan lainnya dari Sukuh dengan candi yang lain adalah arahnya yang menghadap ke Barat, sementara candi lain menghadap ke matahari terbit.

Lanjut:  Wana Wisata Bukit Sekipan Tawangmangu Karanganyar, Cocok Untuk Berfoto Saat Libur Akhir Pekan
Foto By @gudut_setiabudi

Struktur Sukuh yang terkesan sederhana tersebut menurut W.F. Stutterheim, seorang arkeolog termasyhur dari belanda disebabkkan oleh 3 kemungkinan: pertama, Sukuh dipahat oleh seorang tukang kayu dan bukan tukang batu.

Tukang kayu tersebut juga bukan pemahat dari kalangan keraton melainkan melainkan dari desa atau rakyat jelata.

Kedua, candi Sukuh tersebut dibuat dalam keadaan tergesa-gesa sehingga bentuknya terkesan kurang rapi.

Dan ketiga, berdirinya Sukuh saat kondisi politik sedang suram karena menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit, sehingga tidak mungkin untuk membuat candi dengan ukuran yang besar dan megah.

Foto By @nunikutami

Dibalik misteri yang masih belum terungkap hingga saat ini, para ahli berkeyakinan bahwa Sukuh dibuat pada abad ke-15, tepatnya ditahun 1429 – 1446 yakni masa-masa menjelang berakhirnya Pemerintahan Majapahit yang dipimpin Ratu Suhita.

Pendirinya konon masyarakat Hindu Tantrayana dan Sukuh merupakan candi termuda diantara semua candi yang ada di Indonesia.

Perkiraan tentang tahun didirikannya Sukuh didasarkan pada sengkala memet yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna pada gapura utama di teras pertama.

Sengkala tersebut berbunyi “ Gapura buta aban wong” yang artinya “Raksasa gapura memangsa manusia”. Jika diterjemahkan ke dalam angka-angka, makna dari kalimat tersebut adalah 9, 5, 3, dan 1.

Angka tersebut jika dibalik akan didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi. Angka itulah yang kemudian dianggap sebagai tahun didirikannya atau dimulainya pembangunan Sukuh.

Dengan menempati area seluas 5.500 meter2 dan berada pada ketinggian 910 mdpl di lereng Gunung Lawu membuat suasana di sekelilingnya senantiasa sejuk berhiaskan pepohonan hijau di sekelilingnya.

Rute Menuju Lokasi
❤️

Foto By @nhmarr

Alamat Sukuh yang berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, berjarak sekitar 36 km dari Kota Solo atau sekitar 20 km dari Kota Karangnyar.

Meskipun relatif dekat, bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke sini disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi, baik motor maupun mobil.

Karena satu-satunya kendaraan umum yang dapat mengantar wisatawan hingga ke depan pintu gerbang kompleks wisata hanya ojek.

Itupun harus meminta ojek untuk menunggu, karena tidak ada ojek yang standby di depan kompleks candi. Artinya, jika menggunakan jasa ojek, waktu berkunjungpun menjadi terbatas.

Kendaraan pribadipun harus dalam kondisi prima dengan ketrampilan mengemudi di atas rata-rata, karena akses jalan yang harus dilewati meskipun telah beraspal halus namun kondisinya menanjak dan berliku-liku serta sempit.

Mengingat letak Sukuh memang berada di lereng sebelah Barat Gunung Lawu dengan ketinggian sekitar 910 mdpl.

Jangan lupa untuk memeriksa persediaan bahan bakar dalam tangki, karena di sepanjang jalan tidak ada pom bensin dan jarang ditemui penjual bensin eceran.

Perjalanan yang menggunakan kendaraan pribadi tinggal mencari jalan yang menuju ke arah Tawangmangu sampai bertemu dengan Terminal Karangpandan.

Sesampai di terminal, belokkan kendaraan ke arah kiri dan ikuti terus jalan tersebut hingga sampai ke lokasi.

Tanpa mengaktifkan Google map pun Anda tidak akan sampai tersesat karena di sepanjang jalan akan banyak ditemui papan petunjuk arah menuju ke Sukuh.

Bagi wisatawan yang menggunakan jasa transportasi umum, perjalanan dari Kota Solo dapat diawali dengan menuju ke Terminal Tirtonadi terlebih dahulu dan mencari bus jurusan Tawangmangu, lalu turun di Terminal Pandan.

Lanjut:  Ingin Menghabiskan Waktu Liburan di Tawangmangu? Nava Hotel Bisa Menjadi Pilihan Akomodasi Terbaik

Setelah itu ganti naik angkot atau bus yang menuju ke Pertigaan Nglorog. Sesampai di pertigaan ini, Anda tinggal melanjutkan perjalanan dengan menggunakan jasa ojek untuk sampai di depan pintu gerbang kompleks wisata.

Sejarah Masa Lalu
❤️

Foto By @qqordhowi

Memasuki kompleks wisata, mata pengunjung akan langsung dimanjakan oleh indahnya taman di sekitarnya yang ditata dengan sangat cantik.

Keindahan taman inilah yang kerap dijadikan objek oleh para penggemar photography, dijadikan latar belakang foto-foto prewedding.

Bahkan menjadi background brosur-brosur tourism promotion in Central Java utamanya yang dilakukan oleh Karanganyar regency.

Puas menikmati keindahan taman dan berfoto ria, tiba saatnya untuk menikmati wisata yang sesungguhnya, yaitu menjelajah kawasan Sukuh yang berbentuk punden berundak atau berteras.teras.

Terdapat 3 teras yang harus dinaiki dan di setiap teras dihiasi dengan benda-benda, arca, ornamen serta relief yang berbeda-beda.

Pada teras pertama sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, terdapat gapura utama dengan tulisan Sengkala Memet yang menunjukkan tahun dibangunnya Sukuh.

Di samping sengkala tersebut dapat dijumpai ornamen berbentuk gajah mengenakan sorban tengah menggigit ekor ular.

Ketika melewati lorong gapura, pemandangan yang tersuguh adalah pahatan berbentuk alat kelamin pria (yoni) dan alat kelamin wanita (lingga) yang sedang bersenggama. Ornamen yang terletak di dalam ruang tersebut diberi pagar sehingga tidak dapat disentuh.

Pada teras kedua, pengunjung akan menjumpai bangunan gapura dalam kondisi yang sudah rusak. Di tempat ini juga dapat disaksikan patung penjaga pintu atau dwarapala dengan kondisi yang juga sudah tidak sempurna.

Teras tanpa atap dan tidak dihiasi relief ini juga menyimpan patung Candrasangkala atau Gajah Wiku Anahut Buntut yang artinya Gajah Pendeta yang Menggigit Ular.

Memasuki teras ketiga yang juga teras tertinggi, pengunjung akan melihat sebuah pelataran yang jauh lebih luas dibanding kedua teras sebelumnya, karena teras ketiga ini merupakan bagian induk bangunan.

Disini banyak dijumpai relief-relief dan patung-patung serta tempat sesaji berbentuk bujur sangkar.

Foto By @gudut_setiabudi

Relief-relief yang mendominasi sisi sebelah kiri bercorak mitologi Sukuh yang berkisah tentang Kidung Sudamala atau cerita tentang kehidupan keluarga Pandawa.

Selain itu terdapat pula relief yang menggambarkan prosesi ruwatan atau prosesi membuang sial yang dilakukan oleh pemeluk agama Hindu pada masa itu yang bahkan masih dilakukan sampai zaman sekarang.

Selain ketiga teras tersebut, terdapat pula beberapa bangunan, relief serta patung yang dapat ditemui di kompleks Sukuh, seperti patung dan relief garuda, patung kura-kura yang melambangkan proses penciptaan alam.

Patung gajah berpelana yang dahulu dijadikan tunggangan raja-raja, ksatria dan kaum bangsawan, serta patung celeng atau babi hutan yang menjadi hewan buruan.

Ada pula patung berbentuk rahim yang di dalamnya terdapat dua sosok manusia yang dihubungkan dengan tali plasenta untuk melambangkan kebajikan dan kejahatan yang mewarnai kehidupan manusia.

Sementara bangunan Candi Pewara dengan bentuknya yang kecil di depan candi utama, dan pada bagian tengah bangunan terdapat lubang berisi patung kecil tanpa kepala.

Di sekitar patung ini hingga kini masih sering dijumpai bekas sesajian, menandakan kalau patung tersebut oleh sebagai orang masih dikeramatkan.

Mitos dan Legenda
❤️

Foto By @gudut_setiabudi

Meski saat ini kita telah memasuki abad modern dengan laju teknologi yang berlari begitu cepat, namun masih banyak masyarakat yang percaya akan adanya mitos dan legenda.

Bahkan tidak sedikit yang menjadi bagian dari mitos-mitos tersebut. Hal itulah yang dapat dijumpai di Sukuh hingga sekarang.

Lanjut:  Wisata Kebun Teh Kemuning Karanganyar

Dikenal sebagai tempat yang digunakan untuk ruwatan atau untuk membuang sial, serta candi yang melambangkan kesuburan lewat ornamen-ornamen berbentuk lingga yon.

Membuat sebagian kalangan hingga kini banyak yang datang ke Sukuh untuk melaksanakan ritual-ritual tertentu dengan harapan hidupnya akan memperoleh keberuntungan atau berharap dapat segera diberi momongan/anak.

Selain itu, tidak sedikit orang-orang yang melakukan ritual untuk menarik pusaka atau benda-benda gaib yang ada di kawasan Sukuh.

Karena menurut mereka, di lokasi yang suasananya memang terkesan angker ini, masih banyak benda-benda pusaka yang tersembunyi atau disembunyikan oleh makhluk ghaib.

Mitos lainnya yang paling populer di tempat ini adalah mitos tentang tes keperawanan dan keperjakaan. Mitos ini dilakukan saat menaiki anak tangga di dalam lorong gapura.

Di sana, tapatnya di atas lantai, terpahat relief vulgar berbentuk phallus yang hendak bersenggama dengan vagina.

Konon, apabila ada seorang gadis yang mengenakan kain kebaya melangkahi relief tersebut, jika dia masih perawan maka kain kebaya tersebut akan robek, tapi jika sudah tidak perawan, maka kain yang dikenakannya akan terlepas.

Versi lain mengatakan, konon jika ada istri yang mengenakan kain kebaya melangkahi relief tersebut, apabila robek, berarti dia tipe istri setia, namun jika kain kebaya yang dikenakan terlepas, berarti dia pernah berselingkuh.

Begitu juga sebaliknya, seorang pemuda yang melangkahi relief tersebut, apabila dia sudah tidak perjaka, maka dia akan terkencing-kencing di tempat.

Harga Tiket Masuk
❤️

Foto By @guarino89

Sukuh buka setiap hari dari jam 08.00 – 17.00 WIB. Untuk masuk masuk ke kompleks candi harga tiketnya tidak berbeda dengan candi lain yang ada di sekitarnya seperti Cetho dan Kethek yaitu sebesar Rp.7.000 perorang.

Sementara fasilitas yang disediakan untuk pengunjung hanya berupa area parkir, kamar mandi / MCK serta mushollah.

Bagi pengunjung yang ingin mengisi perut atau menghilangkan dahaga, terdapat beberapa warung di sekitar kawasan Sukuh yang menjual berbagai macam makanan dengan menu-menu sederhana serta harga yang sangat terjangkau.

Di warung-warung kecil tersebut, pengunjung juga dapat menikmati kopi hangat sambil merasakan dinginnya udara lereng Gunung Lawu.

Bagi yang ingin bermalam di sekitar kawasan Sukuh, meski tidak terdapat hotel, villa, cottage atau penginapan mewah lainnya, namun banyak penginapan murah dan rumah-rumah penduduk yang dijadikan homestay.

Sehingga sangat pas buat para backpacker yang ingin menikmati wisata murah dan tidak mengeluarkan budget besar.

Foto By @rizalsulaeman

Harga sewa permalam rata-rata sekitar Rp.50.000 perkamar plus bonus air panas gratis untuk mandi.

Jika saat mandi, tidak menjumpai air panas, Anda bisa memintanya pada pengelola penginapan, karena bagi mereka yang tidak terbiasa mandi di tengah dinginnya udara pegunungan, bakal membuat tulang terasa ngilu.

Satu lagi yang harus diperhatikan, tanya kepada pengelola penginapan, apakah menyediakan makan malam atau tidak.

Jika tidak, maka saat siang atau sore hari, Anda harus membeli makanan terlebih dahulu untuk santap malam, karena sehabis maghrib tidak ada warung atau toko yang buka.


2 pemikiran pada “Candi Sukuh Karanganyar”

  1. Pengin banget trip ke Candi Sukuh,
    Kangen masa² SMA dulu,
    Tapi,, agak ngeri juga track kesana, ya udah ± 26tahun yang lalu
    Tetep kangen Karanganyar (terutama Tawangmangu, Karangpandan, Kemuning sekitarnya)????

    Balas

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!