Ini Spot Foto di Coban Rais Malang Yang Lagi Hits dan Instagramable

Coban rais malang batu tiket masuk angker di jatim waterfall penginapan harga wisata flower garden oro ombo villa adalah 2024 foto buka jam malam hari air terjun ayunan arah ada apa aja akses dari alun dan talun brp berapa biaya kota jawa timur 65316 indonesia bandung camping ground rais.Com campground city east java lewat cangar bukit cinta youtube daerah mana bulu & rondo buluh surabaya wahana spot taman explore kehutanan lokasi tempat google map gambar gunung panderman gps htm hammock hotel I love you u itu dimana instagram info tulisan
Spot foto rumah hobbit, photo by explorewisata.com

Lokasi: Jalur Lingkar Barat, Dusun Dresel, Desa Oro-oro Ombo, Kota Batu, Jawa Timur 65316
Map: Klik Disini
Jam Buka: 07.00 – 15.00
Telepon: 0812-5961-0875

Harga Tiket Masuk❤️

HTM Coban Rais : Rp. 10.000
HTM Batu Flower Garden : Rp.25.000
Parkir Motor : Rp.2.500
Parkir Mobil : Rp.10.000
Foto di Bukit Bulu : Rp.10.000
Foto di Ayunan : Rp.10.000
Foto di Pinus : Rp.10.000
Foto di Hammock Tower : Rp.15.000
Foto Sepeda Udara : Rp.20.000
Foto Paragliding : Rp.50.000
Bawa Kamera DSLR : Rp.15.000
Bawa GoPro : Rp.10.000
Bawa Drone : Rp.75.000

Saat masih belum adanya penambahan fasilitas dan objek wisata baru, tiket masuk ke Coban Rais cukup murah, yaitu Rp.5.000.

Namun setelah pihak Perhutani menambah objek wisata berupa spot-spot foto dan Taman Bunga di Bukit Bulu, harga tiket naik 100% menjadi Rp.10.000.

Itupun hanya tiket untuk menuju ke Coban Rais tanpa dapat menikmati keindahan Batu Flower Garden dan memanfaatkan spot-spot foto yang ada.

Untuk memasuki area Batu Flower Garden, wisatawan akan dikenai tiket masuk lagi sebesar Rp.25.000. Tarif itupun masih akan bertambah sebesar Rp.10.000 bagi wisatawan yang membawa kamera action, Rp.15.000 bagi yang membawa kamera DSLR dan Rp.75.000 bagi yang membawa drone.

Dengan membayar tambahan tarif, selain dapat menikmati taman yang indah dengan berbagai jenis bunga yang memanjakan mata, wisatawan juga diberi kesempatan untuk memanfaatkan 5 wahana yang ada serta 2 spot foto gratis.

Diluar 2 spot foto gratis, jika wisatawan ingin memanfaatkan spot-spot foto yang lain, dikenai tambahan biaya lagi sebesar Rp.10.000 untuk setiap spotnya.

Dengan banyaknya biaya tambahan yang harus dikeluarkan diluar harga tiket masuk, menjadikan tarif wanawisata yang satu ini relatif mahal.

Sebagai konsekuensi dari besarnya tarif yang dikenakan, pihak pengelola menyediakan sejumlah fasilitas untuk mempermudah para wisatawan yang datang berkunjung.

Diantara fasilitas baru yang menyertai naiknya harga tiket tersebut adalah akses jalan pada kilometer pertama atau dari pintu masuk hingga Bukit Bulu yang saat ini semakin mudah untuk diakses dengan beberapa bagian telah dipaving.

Untuk menuju ke Batu Flower Garden, saat ini juga sudah tersedia jasa ojek dengan tarif Rp.10.000 dari pintu masuk.

Cafe Machete di Area (foto: kompasiana.com)

Fasilitas lainnya adalah tempat parkir, kamar mandi, toilet dan mushollah di area sekitar Bukit Bulu serta sebuah cafe yang terletak tidak jauh dari pintu masuk.

Cafe yang diberi nama Machete Cafe ini cukup unik dan menarik untuk dikunjungi karena mengusung konsep out door dengan lokasi yang dikelilingi hutan pinus.

Tidak hanya lokasinya saja yang menarik tapi juga meja kursi yang digunakan, karena dibuat dari bagian pangkal batang pohon dengan bentuk yang masih tetap dipertahankan keasliannya.

Di lokasi cafe yang free Wi-Fi ini juga dapat ditemui taman bunga rottensia yang indah serta beberapa hammock.

Sehingga pengunjung yang sedang menunggu makanan, dapat memanfaatkan waktu untuk selfie di taman kemudian langsung menguploadnya ke media sosial, atau merebahkan tubuh di atas hammock untuk beristirahat.

Jangan khawatir masalah menu, karena makanan dan minuman yang ditawarkan Machete Cafe ini lumayan lengkap, seperti soto, lalapan, nasi goreng, bakso, bakmi goreng serta yang lain.

Tersedia pula beberapa makanan ringan, seperti roti bakar, pisang bakar, lumpia dan sempol. Untuk minuman yang direkomendasikan adalah kopi hitam yang diambil dari perkebunan yang ada di Dampit dan susu sapi murni yang berasal dari para peternak sapi perah di sekitar kawasan Coban Rais.

Lagi Hits❤️

Tidak dapat dipungkiri bahwa keindahan alam Indonesia memenuhi hampir setiap jengkal wilayah dari Sabang sampai Merauke. Namun potensi alam yang luar biasa tersebut masih banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, utamanya dari sektor pariwisata.

Hal tersebut bisa dilihat dari masih sedikitnya kabupaten / kota yang menggarap sektor pariwisata di wilayahnya masing-masing dengan serius. Salah satu dari yang sedikit tersebut adalah Kota Batu yang ada di Provinsi Jawa Timur.

Kota administratif yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Malang ini, begitu maksimal dalam menggarap industri pariwisata, sehingga sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang paling besar diperoleh dari sektor pariwisata.

Bukti dari keseriusan Kota Batu dalam menggarap industri pariwisata tercermin dari upaya yang tidak pernah berhenti dalam menggali potensi wisata yang baru, serta memaksimalkan objek wisata yang sudah ada melalui penambahan dan peningkatan fasilitas bagi para wisatawan.

Berkat upaya penambahan dan peningkatan fasilitas itulah, objek-objek wisata yang semula sepi kini ramai didatangi pengunjung.

Salah satu objek wisata yang dipermak sedemikian rupa sehingga menjadi magnet bagi para wisatawan adalah Coban Rais Malang. Objek wisata yang semula kurang begitu dikenal ini dulu setiap harinya paling banyak hanya dikunjungi 10 wisatawan.

Tapi semenjak di area yang menuju ke lokasi air terjun, tepatnya di Bukit Bulu didirikan beberapa wahana untuk objek foto serta sebuah taman yang diberi nama Batu Flower Garden, jumlah wisatawan yang datang ke sini langsung melonjak drastis.

Tidak butuh waktu lama untuk mendongkrak jumlah wisatawan. Akhir tahun 2016 dilakukan penambahan objek wisata baru beserta sejumlah fasilitas, di sepanjang tahun 2024 jumlah wisatawan langsung naik pesat dengan jumlah rata-rata pengunjung setiap harinya mencapai 120 orang.

Bahkan pada H+1 hingga H+7 lebaran kemarin, jumlah pengunjung perharinya mencapai 4.000 orang. Itupun karena loket penjualan tiket ditutup lebih awal yaitu pada pukul 13.30.

Batu Flower Garden di Coban Rais (foto: juleebrarian.com)

Alasan dibatasinya jumlah pengunjung tidak lain karena mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan wisatawan. Persoalan keamanan masih menjadi persoalan yang penting di lokasi wisata yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Malang ini, karena rute yang mudah dilalui hanya pada 1 km pertama atau sampai Bukit Bulu.

Setelah melewati Batu Flower Garden, medan yang harus ditempuh sejauh 2 km menuju Coban Rais benar-benar ekstrim dan hanya cocok untuk mereka yang memiliki hobby petualang.

Masalahnya, dari sekian banyak wisatawan yang berkunjung ke sini, sebagian besar tergoda untuk melanjutkan perjalanan dari Bukit Bulu menuju lokasi air terjun tanpa mempertimbangkan kemampuan fisik dan keselamatan diri mereka.

Lanjut:  10 Rekomendasi Villa Private Pool di Kota Batu Yang Nyaman, Harga Mulai Rp1.500.000 Per Malam

Pada libur lebaran yang lalu misalnya, dari sekitar 4.000 pengunjung yang datang ke Batu Flower Garden, sekitar separuhnya melanjutkan perjalanan menuju Coban Rais. Jika panitia tidak mengantisipasi dengan membatasi jumlah pengunjung, bukan tidak mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Mengenal Lokasi❤️

Dahulu objek wisata air terjun ini lebih dikenal dengan nama Coban Sabrangan. Nama tersebut diberikan karena untuk mencapai lokasi air terjun pengunjung harus terlebih dahulu menyeberang sungai.

Coban Rais berada di lereng sebelah timur Gunung atau Bukit Panderman dengan jarak sekitar 5 km di sisi Barat Laut Kota Batu. Secara administratif masuk ke dalam wilayah Dusun Dresel, Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

Air terjun ini berada pada ketinggian 1.025 meter dari atas permukaan laut dengan ketinggian sekitar 75 meter dan kemiringan hampir 90O. Lokasinya yang cukup tinggi dan berada di lereng gunung membuat suhu air yang tercurah dari atas ke bawah terasa sangat dingin.

Perbedaan suhu air tersebut sangat terasa jika dibandingkan dengan air terjun lainnya yang berada di bawah Coban Rais, yaitu Coban Putri yang memiliki ketinggian sekitar 20 meter.

Dari Kejauhan (foto: kompasiana.com)

Bukit Bulu dan Batu Flower Garden❤️

Sebuah area parkir yang cukup luas bakal menyambut pengunjung begitu sampai di lokasi wanawisata Coban Rais. Tarif untuk penitipan motor di sini sebesar Rp.2.500 sedang mobil Rp.10.000.

Setelah memarkir kendaraan, Anda bisa membeli tiket seharga Rp.10.000 dan memasuki pintu gerbang wisata.

Ayunan Ekstrim (foto: otonomi.co.id)

Tidak jauh dari pintu gerbang tersebut dapat ditemui 2 buah gardu pandang yang menempel pada batang pohon. Satu diantaranya cukup tinggi dan satunya lagi agak rendah. Keduanya dibatasi masing-masing hanya untuk 5 orang.

Di atas gardu pandang inilah pengunjung dapat menikmati keindahan kota Batu di kejauhan dan pada saat cuaca sedang cerah, kemegahan puncak mahameru dapat disaksikan dengan jelas.

Puas menikmati landskap dari gardu pandang, Anda bisa mengisi perut atau membeli bekal terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan, karena di sekitar lokasi dapat ditemui para penjual jajanan.

Tidak jauh dari pintu masuk juga berdiri Machete Cafe yang menyajikan berbagai makanan dan minuman dengan harga yang terjangkau.

Setelah mengisi perut, tiba saatnya melakukan tracking menuju Bukit Bulu yang jaraknya sekitar 1 km dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 30 menit – 1 jam.

Lamanya perjalanan tersebut bukan karena medan yang sulit, tapi lebih disebabkan oleh indahnya pemandangan bebukitan disepanjang perjalanan yang membuat kaki terpaksa harus berhenti untuk menuruti keinginan mata.

Bagi wisatawan yang ingin cepat sampai ke tempat tujuan atau tidak kuat berjalan kaki, dapat menyewa jasa ojek yang akan mengantar dari depan pintu gerbang menuju ke lokasi Bukit Bulu dengan tarif sebesar Rp.10.000.

Di Bukit Bulu inilah terdapat semacam persimpangan yang jalurnya dapat dipilih sesuai dengan keinginan.

Satu jalur untuk mereka yang ingin langsung menuju ke Coban Rais, satunya lagi untuk mereka yang ingin menikmati keindahan taman bunga dan berfoto ria di Batu Flower Garden.

Untuk yang langsung menuju ke lokasi air terjun dapat langsung melanjutkan perjalanannya, sedang untuk yang ingin mampir ke Batu Flower Garden harus membayar tiket tambahan sebesar Rp.25.000 plus Rp.10.000 untuk yang membawa action camera, Rp.15.000 untuk kamera DSLR dan Rp.75.000 untuk yang membawa drone.

Gowes (foto: ilovemalang.net)

Dengan membayar tiket tambahan tersebut wisatawan dapat menjelajah setiap sudut Batu Flower Garden sambil menikmati keindahan taman yang dihiasi berbagai jenis bunga.

Selain itu, wisatawan juga dapat berfoto di 2 spot secara gratis yaitu di spot love dan spot taman bunga. Petugas fotografer akan menjepretkan kameranya hingga 3 kali untuk setiap spot dan salah satu file foto yang bisa dipilih akan diberikan kepada wisatawan.

Selain kedua spot foto tersebut, masih ada 4 spot foto lainnya yang justru memiliki daya tarik lebih dibandingkan kedua spot foto gratis.

Hanya saja untuk dapat berfoto di 4 spot foto ini, pengunjung harus membayar lagi masing-masing sebesar Rp.10.000 untuk spot foto I Love You, Ayunan Ekstrim dan Sepeda Air/udara, serta Rp.15.000 untuk Hammock Tower.

Dengan membayar biaya tambahan tersebut, pengunjung akan difoto sebanyak 3 kali dan salah satu file hasil jepretan yang dipilih akan diberikan. Jika ingin mendapatkan lebih dari satu file foto akan dikenakan lagi biaya tambahan sebesar Rp.5.000 per file foto.

Spot foto ekstrim dengan latar belakang bebukitan dan jurang yang dalam memang bukan hal yang baru di Indonesia, karena spot foto sejenis dapat ditemui di Ayunan Langit Bali, Muncak Tirtayasa Teropong Langit Lampung, Bukit Mojo dan Kalibiru Jogja, Kalibaya Park Brebes, Watu Jaran Kulonprogo, Tebing Masigit Padalarang, Bukit Cekung Enrekang Sulawesi Selatan, Puncak Gobah Solok Sumatera Barat serta The Lodge Maribaya dan Tebing Keraton di Bandung.

Meski cukup banyak spot sejenis di tanah air, spot foto yang ada di Bukit Bulu ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Pada hari-hari biasa, mereka yang ingin berfoto rata-rata harus antre sekitar 10 – 15 menit sedang pada hari libur lama antre bisa sampai 1 jam lebih.

Uniknya, pada musim liburan pengunjung yang datang dan ingin berfoto di sini, tidak hanya datang dari kawasan Batu, Malang atau daerah lain di Jawa Timur, tapi tidak sedikit yang datang dari luar propinsi bahkan luar pulau.

Padahal tidak jauh dari tempat mereka tinggal, dapat ditermui spot foto sejenis.

Spot Foto I Love You, gambar by cumacuma.org

Untuk masalah keamanan pada saat pengambilan gambar, sudah pasti sangat diperhitungkan oleh pihak pengelola dengan selalu memasang self belt pada pinggang mereka yang akan bermain ayunan di atas jurang sedalam 50 – 100 meter atau menggowes sepeda di atas ketinggian atau berfoto di tempat yang ekstrim.

Dengan pertimbangan keamanan itu pula pada musim liburan jumlah pengunjung terpaksa harus dibatasi guna menjaga berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan.

Menyusul penambahan objek wisata baru, di sekitar area Bukit Bulu saat ini telah didirikan kamar mandi dan toilet serta mushollah, sehingga pengunjung tidak perlu bingung lagi jika ingin buang air, membersihkan badan atau mengerjakan sholat lima waktu.

Lanjut:  9 Alasan Mengapa Kita Wajib Berkunjung Ke Eco Green Park Batu

Fasilitas yang ada tersebut dalam waktu dekat juga akan ditambah mengingat besarnya animo masyarakat yang berkunjung ke tempat wisata ini.

Menikmati Petualangan
❤️

Bagi pengunjung yang langsung ke Coban Rais atau melanjutkan perjalanan ke lokasi air terjun setelah mampir sejenak di Batu Flower Garden, harus betul-betul menyiapkan fisik sekaligus mental karena perjalanan menuju ke lokasi bakal melewati medan yang sangat ekstrim.

Mulai dari melewati jalan setapak yang sempit dan terjal, melintasi jembatan besi, menyusuri sungai hingga memanjat batu-batu besar dengan jarak tempuh sekitar 7 km.

Karena itu, tempat wisata ini sebenarnya hanya untuk mereka yang menyukai wisata adventure serta memiliki fisik yang kuat. Namun, selama ini ternyata cukup banyak pengunjung yang terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak yang nekad untuk datang ke lokasi air terjun.

Hal ini besar kemungkinan karena tidak adanya penjaga atau papan pemberitahuan yang memberi gambaran tentang seberapa jauh jarak yang harus ditempuh dan seberapa berat medan yang harus dilalui.

Jalan Setapak yang Sempit Menuju Lokasi (foto: kompasiana.com)

Lebih parah lagi, hanya ada beberapa papan petunjuk arah di sepanjang jalan menuju ke lokasi, itupun dipasang dengan sekedarnya, padahal jalan yang harus ditempuh cukup jauh dan harus melewati kawasan hutan dengan medan yang berbahaya.

Satu lagi yang memprihatinkan adalah tidak ada satupun penjaga yang bertugas di sepanjang rute dari Bukit Bulu menuju lokasi air terjun. Padahal banyak lintasan berupa tebing batu yang memungkinkan pengunjung terpeleset dan terjepit batu besar atau mengalami patah tulang.

Belum lagi bahaya yang ditimbulkan dari runtuhnya bongkahan cadas dan jatuhnya bebatuan atau tumbangnya pepohonan.

Kemungkinan tersebut cukup besar, karena di lokasi yang ada di sepanjang perjalanan dapat ditemui batu-batu berukuran kecil dan sedang yang berserakan serta beberapa batang pohon yang tumbang.

Karena tidak ada satupun penjaga, risiko terhadap keselamatan pengunjung cukup besar karena tidak ada yang dapat memberikan pertolongan jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan di sepanjang perjalanan.

Sebelum melakukan tracking, periksa terlebih dahulu isi tas dan pastikan sudah ada bekal makanan dan minuman, karena di sepanjang perjalanan maupun di lokasi air terjun tidak ada satupun tempat untuk membeli makanan dan minuman.

Kenakan pakaian yang praktis dan alas kaki yang mudah untuk dipakai melangkah agar tidak mengganggu perjalanan. Satu lagi yang terpenting adalah kesiapan fisik serta mental untuk menempuh medan yang berat dan berisiko.

Tantangan perjalanan sudah mulai dapat dirasakan begitu meninggalkan lokasi Bukit Bulu.

Jalan yang harus dilalui berada di tepi parit dengan aliran air yang sangat jernih. Jalan selebar 50 – 100 cm tersebut selanjutnya melewati tepi tebing dan jurang dengan kedalaman 20 – 50 meter. Pada 3 km awal jalan yang harus dilalui selain sempit juga berkelak-kelok dan menanjak hingga 30O.

Sebagian diantaranya berada di bawah rerimbunan pohon bambu dan semak belukar dengan kondisi yang licin, baik pada musim hujan maupun kemarau.

Hal tersebut disebabkan karena sungai kecil yang ada di samping jalan airnya sekali waktu meluap serta disebabkan air yang dibawa kaki pengunjung yang sebelumnya menyeberangi sungai.

Menginjak kilometer ke-4, jalan semakin ekstrim dan berbahaya. Jalan tersebut lebarnya hanya sekitar 70 cm atau sebahu dan merupakan jalur air hujan yang turun dari tebing-tebing tinggi di kanan kiri jalan.

Jalan yang mengitari bukit ini menanjak sekitar 30O dengan bagian bawah berupa batu-batu berdiameter 20 – 30 cm, akar pepohonan serta batang-batang pohon yang roboh. Dengan kondisi jalan yang terjal, jika tidak berhati-hati bisa terpeleset atau tersandung.

Jembatan yang Harus Diseberangi (foto: belalanghijau2015.blogspot.co.id)

Semakin dekat ke lokasi air terjun atau sekitar 2,5 km dari lokasi, rute yang harus dilalui semakin berat dan berbahaya.

Kali ini jalan tidak hanya menanjak, tapi juga miring, licin dan agak gelap karena tertutup rerimbunan pohon-pohon besar dan semak belukar yang tumbuh di bawah cekungan atau ceruk tebing berketinggian sekitar 100 meter dengan tingkat kemiringan mendekati 90O.

Kondisi jalan yang licin disebabkan karena jalan tersebut terbentuk dari bebatuan kali dan batu-batu cadas berukuran besar serta reruntuhan tebing.

Sulit sekali untuk mengukur tingkat kemiringan jalan disebabkan jalur yang naik turun setiap 20 meter. Itupun di beberapa titik pengunjung dipaksa untuk memanjat akar-akar pohon yang menjulur dan terkait pada bebatuan setinggi 3 – 5 meter.

Di sela-sela bebatuan, aliran air sungai yang bersumber dari mata air yang ada di air terjun tidak pernah berhenti mengalir. Sekitar 300 meter dari lokasi, medan yang ekstrim bukannya berakhir tapi malah bertambah berat, karena lintasan yang dilalui harus melewati tebing-tebing batu.

Dengan medan yang sangat ekstrim tersebut seharusnya tidak semua pengunjung diperbolehkan menuju ke lokasi air terjun meskipun tempat wisata ini dibuka untuk umum, mengingat risiko yang cukup besar.

Namun bagi penggemar wisata adventure, tantangan di sepanjang perjalanan ini justru merupakan kenikmatan tersendiri karena selain memacu adrenalin juga menyuguhkan pemandangan alam yang menawan dan tidak dapat ditemui di tempat lain.

Kenikmatan tersebut akan mencapai puncaknya begitu tiba di lokasi air terjun. Coban Rais yang memiliki ketinggian sekitar 75 meter dengan curahan air yang besar akan menghadirkan panorama memukau.

Balutan pemandangan alam berupa pepohonan yang menghiasi sekitar lokasi berpadu harmonis membentuk landskap yang keindahannya sulit untuk dituturkan lewat kata-kata.

Saat melihat derasnya curahan air dari ketinggian itulah pengunjung dipastikan ingin mandi, berenang dan berendam di kolam alami yang berada di bawahnya.

Tidak berbahaya memang untuk mandi di kolam air terjun, namun perlu diingat bahwa air yang ada di sini suhunya hampir sama dengan air yang baru keluar dari almari es.

Jika tubuh Anda tidak kuat menahan dingin atau kurang dapat menikmati mandi di air yang suhunya sangat dingin, lebih baik berada di tepi aliran air sambil menikmati keindahan panorama sekeliling.

Tidak jauh dari lokasi air terjun terhampar camping ground yang cukup luas dan kerap dijadikan tempat untuk melakukan camping oleh anak-anak Pramuka, organisasi pecinta alam serta anak-anak muda.

Kelebihan mendirikan tenda dan berkemah di camping ground Coban Rais adalah panorama alam sekelilingnya yang indah dan lokasinya yang dekat dengan sumber air sehingga tidak repot kalau hanya untuk memasak, minum maupun mandi.

Lanjut:  10 Daftar Pilihan Destinasi Wisata Malam Hari Paling Favorit Buat Anak Milennials di Kota Batu

Lebih dari itu, panorama sekeliling yang indah ditambah hewan-hewan liar yang sekali waktu menampakkan diri utamanya kera-kera yang bermain di atas dahan pepohonan, akan menjadi hiburan tersendiri bagi mereka yang butuh tempat tenang dan nyaman untuk melepas kepenatan.

Bagi pengunjung yang tidak siap atau tidak cukup kuat untuk menantang kondisi alam di sepanjang perjalanan menuju Coban Rais, masih ada alternatif lain jika ingin melihat pemandangan air terjun, yaitu dengan berkunjung ke Coban Putri.

Jarak Coban Putri dengan pintu masuk Coban Rais hanya sekitar 1 km. Jalan menuju ke lokasi juga relatif mudah, bahkan bisa ditempuh dengan menggunakan sepeda motor.

Pemandangan alamnyapun juga tidak kalah indah, hanya saja ketinggian air terjun Coban Putri memang lebih rendah yaitu sekitar 20 meter sehingga kolam alam yang ada di bawah air terjun juga tidak sebesar yang ada di Coban Rais.

Selain kedua air terjun tersebut, masih banyak air terjun lainnya yang ada di wilayah Kota Batu, seperti Coban Rondo, Coban Talun, Coban Sumber Pitu, Coban Siji dan Coban Papat.

Apalagi jika ditambah dengan air terjun yang ada di Kabupaten Malang, jumlahnya lebih dari 30 air terjun.

Banyaknya air terjun di wilayah Malang dan Batu disebabkan karena secara geografis sebagian besar wilayah Malang dan Batu terdiri dari pegunungan dan bebukitan, sehingga kedua wilayah ini dikenal dengan sebutan Kota Dingin.

Rute Menuju Lokasi❤️

Meski lokasi Coban Rais terpisah cukup jauh dari jalan utama, namun tidak sulit untuk mengunjunginya, karena selain alamatnya tertera jelas dalam peta.

Yaitu di Jalur Lingkar Barat, Dusun Dresel, Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu, juga sudah ditandai dalam GPS, sehingga cukup dengan mengakses smartphone dan membuka google map maka akan ketemu lokasi yang dicari.

Area Parkir (TripAdvisor)

Untuk berkunjung ke Coban Rais bisa dilakukan dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi tentunya harus terlebih dahulu menuju ke Kota Batu.

Jarak lokasi wisata dengan kota batu hanya sekitar 7 km dengan waktu tempuh tidak lebih dari 30 menit. Rute yang harus ditempuh adalah melewati Terminal Batu menuju Studio Batu TV yang ada di Desa Dredel.

Selanjutnya ikuti terus jalan beraspal yang ada di depan studio tersebut, maka Anda akan tiba di area parkir Coban Rais.

Bagi pengunjung yang menggunakan jasa angkutan umum, perjalanan dapat dimulai dari Terminal Landungsari dan naik Angkot BJL yang berwarna kuning.

Jika ada sopir atau kenek yang bertanya tentang tujuan Anda, katakan kalau mau ke Coban Rais dan jangan bilang ke Batu, karena ada Angkot lain berwarna pink yang juga menuju ke Terminal Batu.

Kalau keliru naik Angkot pink, maka sesampai Terminal Batu Anda harus oper angkot lagi sehingga pengeluaran untuk transportasi menjadi bertambah.

Tarif angkot BJL dari Terminal Landungsari menuju Desa Oro-Oro Ombo hanya Rp.4.000. Lama waktu tempuh tergantung dari kecepatan angkot, namun rata-rata sekitar 1 jam karena angkot tersebut juga harus menaik-turunkan penumpang yang lain.

Setelah melewati BNS, Anda harus bersiap-siap turun dan begitu sampai di Pertigaan Tugu Oro-Oro Ombo, minta sopit untuk menghentikan kendaraannya.

Di Pertigaan Desa Oro-Oro Ombo ini terdapat petunjuk jalan menuju ke Coban Rais. Tidak jauh dari situ juga terdapat pangkalan ojek yang siap mengantar wisatawan menuju ke tempat tujuan dengan tarif sebesar Rp.10.000.

Jika bermaksud ingin melihat-lihat suasana sekitar, perjalanan juga dapat dilakukan dengan berjalan kaki sejauh sekitar 1 km dengan melewati jalan beraspal yang menanjak.

Untuk mereka yang berjalan kaki tidak perlu khawatir keliru jalan karena di setiap persimpangan selalu diberi tanda petunjuk arah menuju ke Coban Rais. Apalagi di sepanjang jalan yang dilewati banyak warga sekitar yang dengan ramah akan menunjukkan jalan menuju ke lokasi jika ada yang bertanya.

Pada saat berjalan kaki itulah Anda akan melewati sebuah perkampungan yang diberi nama “Kampung Satelit”.

Di tempat ini banyak rumah warga yang dijadikan homestay untuk disewakan kepada para backpacker atau wisatawan yang kemalaman dan tidak membawa peralatan camping. Tarif kamar tergantung dari fasilitas yang disediakan dengan harga mulai dari Rp.100.000 permalam.

Setelah melewati “Kampung Satelit” tempat berikutnya yang dilewati adalah Stasiun Batu TV. Jika sudah sampai di stasiun TV ini artinya pintu gerbang Coban Rais sudah cukup dekat dengan jarak sekitar 200 meter.

Berkaca dari keberhasilan Pemerintah Kota Batu dalam mengembangkan Coban Rais dari semula hanya dikunjungi warga sekitar dalam jumlah yang dapat dihitung dengan jari tangan menjadi ratusan bahkan ribuan pada musim liburan, patut menjadi contoh bagi pemerintah daerah – pemerintah daerah yang ada di wilayah lain.

Sebab yang namanya industri pariwisata tidak hanya mengeksploitasi potensi keindahan alam untuk dikeruk hasilnya, tapi juga harus dirawat, dipelihara dan ditingkatkan infrastruktur serta fasilitasnya agar semakin mengundang banyak wisatawan untuk datang.

Perlu diingat bahwa banyak tempat-tempat wisata yang dahulu menjadi primadona, tapi karena tidak ada peningkatan fasilitas dan kurang adanya pemeliharaan terhadap fasilitas yang ada, membuat nama tempat wisata tersebut tenggelam dan tidak ada lagi pengunjung yang datang.

Sebaliknya, tidak sedikit tempat wisata baru atau tempat wisata lama yang dikembangkan dan dikelola secara profesional menjelma menjadi primadona wisata baru dan mendatangkan banyak wisatawan, salah satunya adalah Coban Rais!


5 pemikiran pada “Ini Spot Foto di Coban Rais Malang Yang Lagi Hits dan Instagramable”

  1. Terakhir waktu kesana bulan september (kalo ndak salah, lupa bulannya hehehe) 2018 sama temen-temen, memang diperjalanan ada jembatan besi, tapi kelihatannya itu bukan jalan yang bagus untuk dilewati, akhirnya kita langsung jalan terus aja mengikuti jalan setapak itu, alhasil disana kita ketemu sama jembatan yang sesungguhnya, dan itu ndak panjang, sekitar 2-3meteran lah lebarnya sekitar 1-2 meteran dan ini lebih safety jembatannya, banyak beberapa dari pengunjung berhenti disitu untuk istirahat.
    Dan kalo kita lanjut perjalanan sekitar 1-2km akan ada pos 2 disana ada beberapa petugas yang hanya membantu pengunjung untuk kembali atau dari lokasi awal menggunakan motor cros,, memang sekarang difasilitasi beberapa motor cros untuk memepermudah pengunjung mencapai coban, tapi setelah pos 2 sekitar 1-2km n (kalo ndak salah ingat) pengunjung diwajibkan jalan kaki, karna untuk kendaran seperti motor cros tidak bisa jalan. Ya memang untuk keselamatan pengunjung agak kurang hanya sekedar diberi petunjuk arah dibebatuan dan tanpa adanya pendampingan dari petugas penyelamat.. yaa tapi selebihnya, sungguh memuaskan untuk yang suka adventure. Setelah sampai diatas pun rasanya seperti ndak pengen turun??

    Balas
    • Bus bisa tapi harus yg bermesin kuat,,, kuat nanjak. Btw tanjakan dari arah museum angkut memcapai kemiringan 50 derajat.

      Balas
  2. Pariwisata di jawa rata rata semuanya harus bayar dan bayar walau belum tentu nanti lokasinya sebagus dgn yang di Foto.
    .
    Coba bagian pariwisata, kasi harga TIKET itu yg langsung dan pasti sudah termasuk harga PARKIR MOTOR, jangan cuman setengah-setengah..
    .
    Memang kesannya itu MURAH, tapi kalau di TOTAL harganya MAHAL tapi fasilitas ga seindah bayangan.. ???. Bisa dibilang “Pengunjung itu rugi”..

    Balas

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!