Keraton Kasunanan Surakarta

Lokasi: Baluwarti, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57144
Map: Klik Disini
HTM: Rp.10.000-Rp.15.000
Buka Tutup: 09.00-14.00
Telepon: –

Sebagai salah satu kota budaya di Jawa Tengah setelah kota Yogyakarta, pasti memiliki kekhasan tersendiri.

Di Solo juga terdapat keraton, sama dengan Jogja, bernama Keraton Kasunanan Surakarta atau dikenal dengan nama Nagari Surakarta Hadiningrat.

Keraton ini terbentuk pada tahun 1755, berdasarkan kesepakatan antara VOC dan Kesultanan Mataram yang terdiri dari pihak Pangeran Mangkubumi dan Sunan Pakubuwono III.

Kesepakatan tersebut menghasilkan dua wilayah kekuasaan yaitu Yogyakarta dan Surakarta, yang tertuang dalam perjanjian Giyanti.

Walaupun demikian, nyatanya Kasunanan Surakarta tidak dianggap sebagai bagian dari Kesultanan Mataram, melainkan sebuah kerajaan yang berdiri sendiri.

Foto By @fentafellana_

Menurut sejarah, kesultanan Mataram berakhir saat pemberontakan Trunajaya tahun 1677, yang mengakibatkan pemindahan ibukota oleh Sunan Amral ke Kartasura.

Namun kemudian hancur juga, akibat pemberontakan yang dilakukan oleh orang Tionghoa tahun 1742. Walaupun demikian, Kartasura dapat direbut kembali.

Pakubuwana II yang berkuasa saat itu, menetap di Ponorogo dan memutuskan untuk mendirikan istana baru di desa Sala yang mana akan ditetapkan sebagai ibukota dari kerajaan Mataram yang baru.

Awal mulanya adalah dari bangunan keraton yang sudah hancur akibat serangan pemberontakan, kemudian Sunan Pakubuwana memerintahkan untuk membangun keraton di lokasi baru tahun 1745.

Letaknya sekitar 20 kilometer dari arah Tenggara Kartasura, desa Sala dan tepatna di tepi sungai Bengawan Solo.

Foto By @agungmatriks

Asal usul nama Surakarta adalah sebagai nama gelar atau penghormatan atas terbentuknya pusat pemerintahan yang baru di sini.

Dari perjanjian Giyanti yang ditandatangani oleh Pangeran Mangkubumi, Pakubuwono III dan juga Belanda tersebut, menjadikan Surakarta sebagai pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta dengan Pakubuwono III sebagai raja.

Sedangkan Yogyakarta sebagai pusat kasultanan Yogyakarta yang mana dipimpin oleh Hamengkubuwono I.

Kemudian ada perjanjian Salatiga tahun 1757 yang menyebutkan untuk membagi area Kasunanan. Wilayah utara keraton diberikan pada Pangeran Sambernyawa (Mangkunegara I).

Perjanjian ini terjadi akibat adanya pemberontakan lagi. Pusat pemerintahan di Surakarta diserang oleh pasukan dari Pangeran Mangkubumi yang adalah adik dari Pakubuwono II.

Lanjut:  Catat! 10 Daftar Pilihan Tempat Karaoke Terbaik di Solo, Buat Kamu Yang Hobi Nyanyi

Pangeran Mangkubumi kemudian bergabung dengan Raden Mas Said dan ia pun meninggalkan keraton.

Foto By @ka_runia

Sebelum berhasil direbut, Pakubuwono II menyerahkan kedaulatannya pada VOC. Menyebabkan VOC boleh melantik para raja keturunan Mataram saat itu.

Perjanjian Salatiga pun menjadikan Raden Mas Said sebagai pangeran yang merdeka dan area kekuasaan yang statusnya kadipaten, bernama Praja Mangkunegaran. Sedangkan Raden Mas Said menyandang gelar Adipati Mangkunegara.

Pada akhirnya peta wilayah kekuasaan Surakarta semakin banyak berkurang, terutama setelah perang Diponegoro.

Beberapa daerah tersebut diberikan pada pihak Belanda sebagai ganti rugi biaya perang. Silisilah keluarga yang rumit dan haus kekuasaan menyebabkan konflik antar keluarga dan merugikan kerajaan Surakarta sendri.

Foto By @rizky_ino

Budaya Asli Khas Solo❤️

Singkat cerita, kekuasaan kasunanan Surakarta dari zaman penjajahan Belanda hingga saat ini telah melewati berbagai macam keadaan konflik perang.

Sekarang Kasunanan Surakarta dipimpin oleh Sri Susuhan Pakubuwana XIII, yang telah bertahta sejak tahun 2004.

Sebelumnya adalah Pakubuwana XII, setelah beliau meninggal,tidak ada putra mahkota, dikarenakan tidak adanya ratu yang formal.

Timbul konflik untuk penerus tahta. Konflik terjadi antara dua anak Pakubuwono XII yang berasal dari dua ibu berbeda. Keduanya mengklaim sebagai penerus tahta.

Akhirnya keluarga kerajaan memutuskan bahwa anak tertua sebagai penerus tahta yaitu Hangabehi, yang kemudian bergelar Pakubuwana XIII.

Foto By @ayolho

Itulah ringkasan cerita sejarah terkait berdirinya Kasunanan Surakarta di Solo. Adanya kerajaan yang berkuasa di kota ini, adalah bukti peninggalan dari bagian sejarah Indonesia.

Sejarah lengkap mengenai berdirinya kerajaan Solo ini dapat dibaca di Wikipedia online ataupun beberapa makalah yang menulis tentang latar belakang dan silsilah kerajaan Solo.

Alamat tepatnya dari Keraton Surakarta Hadiningrat ini berlokasi di Baluwarti, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Keraton dijadikan sebagai objek wisata, dan dibuka untuk umum pada jam tertentu saja dan hanya di area tertentu saja para wisatawan diperbolehkan untuk masuk. Jam bukanya adalah mulai jam Sembilan pagi sampai jam dua siang.

Banyak sekali yang dapat kita pelajari dari kebudayaan Solo. Sebagian besar daya tarik wisata di sini, khususnya area Jawa Tengah keraton adalah ragam budayanya. Beberapa di antaranya yang menarik adalah tari panji enem dan tradisi sekaten.

Lanjut:  10 Tempat Recommended di Solo Yang Siap Menemani Makan Siang Kamu!
Foto By @kavindra.raysia

Tentang tari panji atau tari topeng panji, sering ditampilkan di istana Surakarta. Tari panji merupakan lambang kehidupan kerajaan atau simbol aristokrat.

Tari panji berarti mapan ing kang siji, bila disingkat menjadi panji, maknanya adalah taat pada satu Tuhan yaitu Allah swt. Jenisnya adalah tari panji sepuh dan tari panji enem.

Tari panji sepuh hanya boleh ditarikan oleh putra mahkota, sedangkan untuk tari panji enem harus ditarikan khusus oleh kalangan bangsawan yang masih kerabat dekat dengan raja.

Tarian panji sendiri memiliki paduan gerak yang halus dan lembut, serta langkah yang cenderung sedikit.

Menampilkan sebuah paradoks dari gambaran dewa Syiwa yang dipercaya dalam agama Hindu sebagai dewa pencipta dan dewa pemusnah.

Foto By @neti_einhard

Tradisi lainnya yang dapat kita lihat di Solo adalah tradisi Sekaten yang selalu digelar oleh keraton Surakarta. Adat ini telah dilaksanakan secara turun temurun sejak abad ke-15 dari Kerajaan Demak.

Tradisi dimulai dengan ditabuhnya gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari dari bangsal Selatan dan utara area Masjid Agung Surakarta. Memakai gamelan yang akan dikeluarkan dari kori kamandungan Keraton Surakarta.

Sekaten ini dilakukan untuk memperingati Maulid Nabi. Puncak acaranya dengan adanya Garebeg Maulid yang digelar di halaman Masjid agung.

Akan ada arak-arakan dua gunungan yaitu jaler, dan estri. Gunungan anakan juga akan dibawa dari keraton ke Masjid Agung.

Bila ingin pergi jalan-jalan ke pasar tradisional seperti pasar kliwon atau pasar klewer dapat mengunjungi kawasan Gajahan. Lokasinya secara geografis berada di sebelah selatan Keraton Surakarta.

Dahulu kawasan ini adalah tempat tinggal para abdi dalem dan prajurit. Sekarang sudah beralih fungsi, untuk mengembangkan potensi warga lokal. Pemanfaatan area untuk berwirausaha.

Tentang Keraton Surakarta❤️

Foto By @fo_wenesya

Lebih jauh melihat ke dalam Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Melihat ke dalam keraton, seperti berjalan dalam sebuah museum kehidupan, di mana memperlihatkan rangkaian sejarah yang disaksikan oleh sebuah tempat pusaka.

Lanjut:  Sate Kambing Mbok Galak di Solo, Langganan Pejabat Negara

Keraton Surakarta di bangun secara bertahap mulai dari tahun 1744 dengan mempertahankan arsitektur dasar dan tata ruang yang tetap sama seperti semula.

Bila dideskripsikan sama dengan jenis arsitektur keraton Yogyakarta karena arsiteknya sama, yaitu Pangeran Mangkubumi.

Kerato Surakarta menggunakan warna putih dan biru, serta gaya arsitektur campuran antara budaya Jawa dan Eropa.

Denah dan isi dalam keraton terbagi atas kompleks Alun-alun utara, Sasana Sumewa, Kompleks Siti Hinggil Utara, Kompleks Kamndungan utara, Kamagangan.

Lalu Siti Hanggil Selatan, kompleks Sri Menganti Kidul, Alun-alun kidul, Kamandungan Selatan, dan Kompleks Kedaton.

Foto By @rocraffael

Keraton dikelilingi oleh baluwarti, yaitu dinding pertahanan yang memiliki tinggi antara tiga sampai lima meter, dengan tebal sekitar satu meter tanpa adanya anjungan. Kompleks yang berada dalam dinding ini adalah Kamandungan utara.

Banyak gambar dari keraton yang telah dipublikasikan di media, akan memberikan gambaran tentang suasana keraton yang damai dan menenangkan.

Bagi wisatawan yang ingin masuk area keraton dikenakan tiket masuk seharga Rp 10 ribu per orang untuk turis domestik dan Rp 15 ribu untuk turis asing. Biaya untuk mengambil gambar atau foto sebesar lima ratus rupiah.

Tidak boleh memakai topi, kacamata hitam, berpakaian kurang sopan dan merokok, maupun membawa makanan.


Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!