Lebaran di Malang, Mengikuti Prepekan Pasar Sampai Kupatan

Beda daerah, beda pula tradisi berlebarannya. Di Malang, ada beberapa tradisi unik yang biasanya dilakukan menjelang lebaran tiba. Tradisi-tradisi tersebut memang tak hanya terjadi di Malang saja, tetapi beberapa diantaranya juga kerap dilakukan di kota-kota lain di Indonesia.

Sebagai negara dengan mayoritas masyarakatnya pemeluk agama Islam, sudah barang tentu lebaran menjadi hal yang paling dinanti-nanti.

foto by ksmtour.com

Setelah berpuasa sebulan penuh, lebaran menjadi penutup manis sebagai bukti kemenangan setiap insan dalam melawan dahaga, lapar dan hawa nafsu.

Tak ayal kalau kedatangannya kerap diikuti oleh kebiasaan-kebiasaan unik di beberapa daerah. Tujuannya tak lain dan tak bukan untuk mengungkapkan rasa bahagia karena berhasil menjalani ibadah selama bulan Ramadan.

Kebiasaan-kebiasaan inilah yang lambat laun menjadi tradisi yang terasa wajib untuk dijalani. Dengan banyaknya jumlah perantau yang melakukan mudik, kota Malang memang selalu ramai tatkala lebaran tiba. Bahkan kebiasaan-kebiasaan tak biasa selalu dilakukan, yakni:

1. Prepekan pasar❤️

Ibu-ibu di kabupaten Malang takkan asing dengan tradisi yang satu ini. Pasalnya tradisi tersebut melibatkan para kaum wanita untuk turun berbelanja ke pasar tradisional. Kalau biasanya pasar-pasar disini sudah mulai sepi menjelang siang tiba, tidak begitu halnya ketika menjelang lebaran.

Pasar akan ramai sampai siang dengan masyarakat dari sekitar kota Malang maupun pendatang. Mereka sengaja berbelanja lebih banyak untuk mempersiapkan masakan di hari lebaran. Tak hanya itu, beberapa bahan masakan juga disediakan sebagai stok selama masa lebaran.

Hal tersebut dikarenakan pasar yang libur beroperasi pada beberapa hari di bulan Syawal. Sehingga mau tak mau para ibu harus menyediakan stok bahan makanan untuk keperluan keluarga.

Lanjut:  Ubud Hotel & Cottages Malang, Buat Kamu Yang Rindu Suasana Penginapan Bali Harga Mulai Rp329.450

Jika tak begini, maka siap-siap saja mereka akan kelimpungan mencari sayur dan bahan masakan lainnya.

2. Nyekar makam❤️

Sudah jadi kebiasaan sebagian besar masyarakat ziarah atau nyekar makam sebelum dan sesudah bulan Ramadan. Di Malang, tradisi nyekar makam juga dilakukan oleh masyarakat untuk mendoakan keluarga yang telah meninggal.

Nyekar makam juga dijadikan sebagai pengingat akan datangnya kematian. Keluarga akan datang untuk menaburkan bunga di atas makam saudara yang telah meninggal.

Pada hari-hari menjelang lebaran maupun menjelang Ramadan, kita akan melihat pemakaman yang ramai oleh pengunjung. Dari pagi hingga sore hari, masih saja ada keluarga yang datang berziarah.

Di samping pengingat, ziarah kubur di awal Ramadan dimaknai pula sebagai bentuk rasa syukur. Mereka yang masih hidup bersyukur karena masih diberi kesempatan bertemu dengan Ramadan di tahun ini.

Apalagi belum tentu di tahun mendatang masih ada bulan Ramadan-Ramadan lainnya yang menghampiri kehidupan mereka.

3. Ater-ater ketupat❤️

Kupatan atau hari raya ketupat memang menjadi ikon lebaran di masyarakat Jawa. Tak ada yang tahu pasti, bagaimana tradisi ini bisa berkembang luas dan masih dipertahankan hingga sekarang. Hanya saja tradisi tersebut memang dibawa oleh Sunan Kalijaga dalam dakwah agama Islam.

Beliau memperkenalkan 2 kali lebaran di bulan Syawal, yakni Idul Fitri dan hari raya ketupat. Hari raya ketupat sendiri dirayakan pada hari ke-8 di bulan Syawal, usai menjalani puasa sunnah. Pada hari tersebut, barulah masyarakat di tanah Jawa mulai memasak dan menghidangkan ketupat.

Di Tajinan, Malang, ada tradisi unik yang dilakukan oleh para warganya. Bila umumnya kita memasak ketupat hanya untuk disantap bersama keluarga, tidak begitu di desa Sumbersuko, Tajinan.

Lanjut:  10 Gambar Waduk Wonorejo Tulungagung, Harga Tiket Masuk, Rute Menuju Wisata, Lokasi Alamat + Villa di Sekitar

Ketupat tidak pula disantap bersama-sama sekampung di mushala atau balai desa setempat. Warga disini terbiasa membuat ketupat dalam porsi lebih banyak.

Ketupat-ketupat tersebut nantinya akan dikirimkan ke saudara dan tetangga di sekitar rumah. Lewat ketupat, mereka tengah meminta maaf sekaligus menjalin silahturahmi diantara satu dan yang lain.

Ketupat sendiri bermakna laku papat dan ngaku lepat. Ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan. Seseorang diharapkan rendah hati dan hormat kepada orangtua dan orang lain. Mereka harus ikhlas memohon ampun dan maaf dari orang-orang yang telah dilukai.

Sedangkan laku papat atau sikap empat yang bermakna luberan, laburan, lebaran dan leburan. Semuanya bermakna kehidupan kaum muslim yang seharusnya lebih baik dari sebelumnya.


Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!