Begini Suasana Lebaran di Turki, Tradisi Negara Dengan Makanan Khas-nya

Idul Fitri tinggal menghitung hari, apa rencana anda untuk mengisi momen lebaran kali ini? Setiap tahun, lebaran menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh umat muslim. Seluruh umat muslim di penjuru dunia bersukacita menyambut hari kemenangan.

Ada begitu banyak tradisi yang dilakukan dan kerap mengundang rindu tersendiri. Di Indonesia misalnya, masyarakat terbiasa melakukan ritual mudik ke kampung halaman untuk mengunjungi sanak saudara tercinta.

Tak hanya di Indonesia, mudik juga dilakukan oleh beberapa masyarakat di belahan dunia lain. Sebut saja Turki, negeri Ataturk yang terkenal dengan sejarah Islamnya. Negeri pimpinan Erdogan tersebut memiliki cerita tersendiri saat idul fitri tiba.

Perbedaan mencolok jelas terlihat antara masyarakat Indonesia dan Turki. Bahkan banyak warga negara Indonesia yang tinggal disana merasa ada yang kurang saat lebaran di Turki. Apa saja kira-kira yang berbeda dari lebaran di negeri Ataturk tersebut?

Berlebaran di Turki, anda takkan menemukan malam takbiran meriah layaknya di Indonesia. Jika di Indonesia ada pawai yang diisi dengan beragam penampilan takbir memukau, maka disana tidak. Di Turki, takbir hanya dikumandangkan oleh mesjid-mesjid besar.

Bisa dibilang mesjid-mesjid di wilayah pemukiman tidak mengumandangkan takbir pada malam terakhir ramadan. Masyarakat takkan mendengar lafadz Allah tersebut dengan mudah, sebab hanya terdengar sayup-sayup di kejauhan.

Meskipun begitu, anda tetap bisa takbiran sendiri di rumah. Beberapa WNI yang tinggal di Turki umumnya mengumandangkan takbir dari jendela rumah masing-masing. Selain perbedaan tradisi di malam takbiran, adapula perbedaan yang sangat mencolok.

Di Indonesia mungkin kita lumrah melihat salat eid dilaksanakan di lapangan terbuka maupun mesjid. Pria dan wanita berbondong-bondong datang ke lokasi salat untuk melaksanakan ibadah sekali setahun tersebut.

Lanjut:  10 Daftar Pilihan Pemandangan Desa Yang Sangat Cantik di Dunia, Indonesia Punya Juga Lho!

Jangan kaget kalau anda takkan menyaksikan wanita salat eid di Turki. Perbedaan madzhab menyebabkan para wanita tak salat eid maupun tarawih di negeri Ottoman. Jumlah rakaat tarawih disini tetap sama dengan di Indonesia, yakni 11 dan 23 rakaat.

Umumnya para wanita tinggal di rumah atau berkumpul di sekitar taman mesjid. Para pria terlihat salat eid berjamaah dengan pakaian terbaik mereka.

Setelan jas menjadi salah satu pakaian yang umum dikenakan oleh para pria Turki. Sedangkan WNI terlihat mengenakan baju koko atau batik untuk menghadiri shalat eid fitri.

WNI wanita bisa mengunjungi KBRI untuk mengikuti salat eid tahunan. Selain di KBRI, sudut mesjid Sultan Ahmet atau Blue Mosque juga bisa dijadikan tempat salat eid bagi wanita.

Tapi sudah bisa diduga, sebagian besar wanita yang salat adalah para WNI. Usai salat eid, orang-orang akan berkumpul di sekitar taman sembari menggelar tikar. Layaknya piknik, beberapa keluarga sengaja membawa bekal makanan dari rumah masing-masing.

Beberapa WNI juga memanfaatkan momen ini untuk bercengkrama bersama. Mereka membawa makanan khas Indonesia sebagai pengobat rindu.

Beruntunglah mahasiswa yang tengah menuntut ilmu, pasalnya mereka bisa sedikit bahagia. Jauh dari keluarga tentu bukan hal yang menyenangkan, tetapi WNI tahu bagaimana menyiasatinya.

Tak ingin berlarut dengan rasa sedih gagal mudik, mereka lebih memilih membuat acara berkumpul di KBRI atau ruang publik lainnya.

Di bagian luar mesjid Sultan Ahmet, anda juga bisa menemukan beberapa orang memberikan Turki delight dan beberapa cemilan secara gratis.

Tradisi ini memang sudah dilakukan secara turun-temurun, sebagai bentuk berbagi di hari yang bahagia. Satu lagi, pemberian angpao idul fitri disini berbeda dengan di Indonesia.

Lanjut:  Wisata Backpacker Murah Ke Australia, Simak Tips Seru Berikut ini!

Jika di Indonesia angpao dibagi-bagikan usai salat eid, maka tak demikian di Turki. Anak-anak biasanya akan berkeliling membawa kantong tepat di malam takbiran.

Mereka akan mengetuk pintu-pintu tetangga sekitar sambil menyodorkan kantong tersebut. Sang empunya rumah bisa memberikan apapun yang disediakan.

Biasanya pemilik rumah akan memasukkan permen, coklat, uang atau kacang sebagai hadiah. Cukup unik bukan pemberian angpao disini? Tak melulu angpao uang, anak-anak akan senang mendapati kantong mereka terisi penuh permen dan coklat.

Usai tradisi unik tersebut, jalanan akan kembali lengang dari hiruk pikuk di hari normal atau hari kerja. Tradisi mudik tetap ada di Turki, khususnya di beberapa daerah yang mayoritas penduduknya pendatang.

Masyarakat akan mudik ke kampung halaman beberapa hari sebelum lebaran tiba. Jadi, jangan bingung kalau menyaksikan beberapa jalanan benar-benar lengang. Anda takkan mendapati satu orang pun yang berlalu lalang di sekitar tempat tinggal anda.

Saat mendatangi pusat keramaian, seperti Blue Mosque atau pusat kota, barulah anda mendapati kepadatan masyarakat lainnya.

Bagi mereka yang tak pulang, menaiki kapal pesiar mengarungi selat Bosphorus bisa menjadi hiburan tersendiri.

Di pinggiran pantai, anda akan mendapati penjual beragam cemilan khas Turki yang bisa dijumpai dengan mudah. Ada ikan asap, kebab, atau teh Turki yang sudah terkenal ke seantero negeri.


Lanjut:  10 Daftar Pilihan Gunung di Afrika, Yang Sangat Indah dan Favorit Para Pendaki Seluruh Dunia

Satu pemikiran pada “Begini Suasana Lebaran di Turki, Tradisi Negara Dengan Makanan Khas-nya”

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!