Ternyata Inilah Kisah Dibalik Keunikan Arsitektur Masjid Agung Lamongan

Lokasi: Jalan Kyai Haji Hasyim Ashari No. 11, Tumenggungan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62214
Map: Klik Disini
Buka: 24 Jam
Telepon: 089 605 009 999

Lamongan menjadi salah satu tujuan wisatawan tidak hanya bahari namun juga wisata religi. Banyak tempat-tempat religius yang akan menambah keyakinan kepada sang Pencipta terdapat di Lamongan, salah satu yang populer adalah Masjid Agung Lamongan.

Selain arsitektur masjid yang menawan, terdapat beberapa benda bersejarah yang mengandung kisah unik didalamnya.

Asal Usul❤️

foto by instagram.com/ichwanamirul/

Pembangunan Masjid Agung Lamongan dilakukan oleh Mbah Yai Mahmoed dari Bojonegoro dimulai pada tahun 1908. Pertama kali didirikan, ukuran masjid hanya 0,5 meter berbentuk persegi.

Atap masjid berasal dari kayu jati berbentuk garis-garis. Kemudian terdapat 4 tiang yang juga berasal dari kayu jati dengan ukiran-ukiran khas kota Jepara.

Untuk bangunan pertama kali masjid ini masih terjaga hingga kini diantaranya atap tumpang susun tiga, empat tiyang lengkap dengan ukiran tulisan arab dan tumbuhan.

foto by instagram.com/azemucz/

Bangun Kedua❤️

Kemudian dilakukan pembangunan yang kedua pada tahun 1970 oleh KH. Mastoer Asnawi. Ketika itu ditambahkan sebuah menara yang menyerupai Masjid Qiblataini Madinah.

Hal ini disebabkan Kyai H. Mastoer Asnawi telah tinggal lama di Arab saudi. Menara ini selesai dalam waktu satu tahunan.

Akan tetapi setelah adanya perombakan karena pembangunan menara sebelah utara, menara ini kini terletak di area dalam masjid. Kemugkinan besar, menara tersebut masih ada hingga kini.

foto by instagram.com/prstyandie/

Bangun Ketiga❤️

Sedangkan pembangunan yang ke 3 dilakukan pada tahun 1982. Karena semakin banyaknya jam’ah yang datang ke masjid sehingga pengurus atau ta’mir Masjid Agung Lamongan melakukan musyawarah dan hasilnya adalah diadakannya perluasan area timur dan utara.

Lanjut:  Kenalin, 4 Daftar Pilihan Bioskop Paling Hits di Sekitar Lamongan, Lengkap Beserta Harga Tiketnya

Ketika pembangunan yang ke-3 ini, ada tambahan beberapa ukiran kaligrafi yang diletakkan di atas kubah. Kemudian di sebelah kanan serta kirinya bertuliskan asmaul husna.

Asamul Husna memiliki makna tentang kemahakuasaan Allah SWT. Selain itu, di ruangan ini juga diletakkan 4 tiang dengan ukiran kaligrafi serta tumbuhan, dan juga terdapat 12 tiang kayu polos.

foto by instagram.com/lingkar.lamongan/

Pada tahun 2011 silama merupakan tahun keempat terjadinya pembangunan di masjid ini. Pembangunan diketuai oleh KH. Abdul Aziz Choiri.

Kali ini diadakan pelebaran tanah masjid sampai ke selatan mencapai JLl. Basuki Rahmad dan penambahan pintu gerbang di area selatan.

Kemudian pembangunan menara kembar dengan tinggi sampai 53 Meter yang mengambil perumpamaan usia Rasulullah ketika berhijrah dari kota Makkah menuju Madinah.

foto by instagram.com/fananiahmad/

Renovasi Keempat❤️

Dalam renovasi ke 4 ini juga diadakan perombakan ruang serambi yang rencananya akan dibuat 3 lantai bergaya arsitektur Timur Tengah.

Meskipun pembangunan di Masjid Agung Lamongan cukup besar, namun tidak meninggalkan unsur budaya dan tetap melestarikan khazanah budaya nasional.

Disini benda-benda cagar budaya tetap terjaga sangat baik. Beberapa barang peninggalan sejarah berupa Gapura utama, 2 gentong, 2 batu pasujudan, dua sumur, dan komplek pemakaman waliyullah.

foto by instagram.com/azemucz/

Benda-benda cagar budaya inilah yang membuat masjid selalu ramai oleh para wisatawan yang ingin tidak hanya beribadah namun memperkaya pengetahuan.

Kisah Unik❤️

Tidak hanya sebagai sarana da’wah isalam, seperti yang disebutkan diatas masjid ini menyimpan beberapa peningggalan cagar budaya yang memiliki kisah unik didalamnya.

Salah satu kisah yang terkenal adalah 2 buah gentong air yang dibuat dari batu. Lettaknya ada di sisi-siis gapura pintu masjid.

Menurut cerita, gentong batu tersebut merupakan kepunyaan putri kembar kerajaan Kediri bernama Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi.

Lanjut:  Berkat Saran Supporter, Ini Kondisi Stadion Surajaya
foto by instagram.com/nadadasardo/

Kala itu yang ingin meminang kedua putri kembar adalah putra Bupati Lamongan bernama Panji Laras dan Panji Liris.

Kisah Pernikahan❤️

Konon kisah pernikahan antara sang putra bupati dan putri raja adalah sebagai usaha adipati Kediri untuk menjalin hubungan dengan kawasan pesisir utara Jawa. Tujuan ini membuat Bupati Lamongan agak ragu untuk memilih terima atau tolak.

Untuk menyetujui hubungan ini, Bupati Lamongan memberikan tiga persyaratan. Syarat pertama yaitu Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi harus masuk agama Islam.

foto by instagram.com/al_makhi28/

Syarat kedua adalah pihak wanita yang melakukan prosesi lamaran ke pihak keluarga mempelai laki-laki.

Syarat ketiga adalah pihak pengantin perempuan harus menyediakan hadiah gentong air serta alas tikar yang semuanya haru berbahan batu.

Ketiga persyaratan telah disanggupi oleh kerajaan Kediri dan mengirim kedua putrinya datang melamar ke Bupati Lamongan.

Karena segala persyaratan telah terpenuhi, akhirnya Bupati Lamongan harus mengadakan prosesi pernikahan.

foto by instagram.com/gyanadevi/

Akan tetapi, pernikahan ini dibatalkan karena kedua putra kembar Bupati yaitu Panji Laras dan Panji Liris tidak menyetujuinya. Kemudian, tercetuslah perang antara Kadipaten Lamongan dengan Kerajaan Kediri.

KBIH Masjid Agung berada di Jalan Kyai Haji Hasyim Ashari No. 11, Tumenggungan, Lamongan Regency, East Java. Selain beribadah dan wisata religi, di masjid ini juga sering diselenggarakan acara besar seperti Lamongan bersholawat dan banyak lainnya.

Para wisatawan biasanya mengabadikan momen ketika berada di masjid ini dengan latar foto menara kembarnya. Gambar menara kembar Masjid Agung Lamongan semakin indah terutama di malam hari. Untuk info lebih lanjut dapat lihat di website seperti tripadvisor, dll.

Satu pemikiran pada “Ternyata Inilah Kisah Dibalik Keunikan Arsitektur Masjid Agung Lamongan”

  1. Sebagai orang Lamongan, saya turut bangga dengan keberadaan Masjid Agung Lamongan yang masih menunjukkan akulturasi budaya Jawa-Islam dengan atap susun tiga. Kini wajahnya makin bagus tanpa meninggalkan corak awal ia dibangun. Terima kasih, JejakPiknik sudah menuliskannya.

    Balas

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!