10 Gambar Museum Sultan Mahmud Badaruddin 2 II Palembang, Sejarah, Lokasi + Peninggalan

Lokasi: Jalan Sultan Mahmud Badaruddin No. 2, Desa 19 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30113
Map:
Klik Disini
HTM: Rp5.000,-
Buka/Tutup:
08.00-16.00
Telepon:
(0711) 371202

foto by panduanwisata.id

Jika berbicara tentang objek wisata sejarah di Palembang, Indonesia, Museum Negeri Balaputradewa tidak boleh dilewatkan. Selain memiliki sejarah yang panjang, di dalamnya tersimpan berbagai koleksi dari jaman pra-sejarah, Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang sampai kolonialisme Belanda.

Tapi, ada bangunan serupa yang letaknya sangat strategis, yakni Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Ia berada di Jalan Sultan Mahmud Badaruddin No. 2, Desa 19 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Lokasi ada di tepian Sungai Musi serta lumayan dekat dengan Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak. Sehingga, akses menuju ke sana cukup mudah. Apa saja yang ditawarkan olehnya?

foto by instagram.com/ululfaizah8836/

Sejarah Museum Sultan Mahmud Badaruddin 2

Dahulu, museum ini merupakan istana Kesultanan Palembang Darussalam yang disebut Keraton Kuto Kecik atau Keraton Kuto Lamo. Bersama dengan Masjid Agung Palembang, bangunan tersebut didirikan pada masa pemerintahan Sultah Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo atau SMB I.

Setelah masa kepemimpinannya berakhir (1776-1803), beliau menyerahkan kekuasaan pada sang anak, Raden Hasan Pangeran Ratu yang bergelar Sultan Mahmud Badaruddin 2. Beliau menjabat sebagai pemimpin selama dua periode, yakni tahun 1803-1813 dan 1818-1821.

foto by tenda.biz

Dalam masa pemerintahannya, SMB II beberapa kali memimpin perang melawan Inggris dan Belanda, salah satunya disebut Perang Menteng. Tapi, pada tanggal 14 Juli 1821, saat Belanda berhasil menduduki Palembang, beliau dan keluarganya ditangkap, lalu diasingkan ke Ternate.

Kemudian, pada tanggal 17 Oktober 1821, atas perintah I.L. Van Seven House, Benteng Kuto Lamo habis dibakar oleh Belanda. Itu merupakan wujud balas dendam terhadap pembakaran Loji Aur Rive yang dilakukan sang Sultan.

Lanjut:  Sudah Ada Sejak Masa Kolonial Belanda, Inilah 9 Keindahan Punti Kayu Palembang

Selanjutnya, mereka membangun gedung di bekas tapak benteng tersebut yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal komisaris kerajaan Belanda di Palembang.

foto by sumseltour.blogspot.co.id

Bangunan itu dibuat dengan perpaduan gaya arsitektur Eropa dan Palembang. Di tahun 1825, ia dijadikan Komisariat Pemerintah Hindia Belanda untuk daerah Sumatra Bagian Selatan sekaligus kantor Residen Belanda.

Pada masa penjajahan Jepang, gedung tersebut digunakan sebagai markas dan dikembalikan ke penduduk pribumi saat proklamasi 1945, menjadi Teritorium II Kodam Sriwijaya. Setelah itu, berpindah pengelolaan ke pemerintah Kota Pempek hingga akhirnya menjadi museum.

Walaupun mengalami renovasi, bentuk asli bangunan tidaklah berubah. Perbaikan hanya dilakukan pada bagian dalam gedung, dengan menambah sekat serta penutup beberapa pintu penghubung.

foto by indonesiakaya.com

Jika umumnya konstruksi yang dibuat pada masa Kesultanan Palembang memakai bahan kayu, museum itu menggunakan material bata.

Nama SMB II dijadikan nama museum untuk menghargai jasa-jasanya bagi Kota Palembang.

Peninggalan Sejarah Museum Sultan Mahmud Badaruddin 2

Terhitung ada sekitar 669 buah koleksi benda-benda bersejarah yang terdapat di dalam objek wisata ini. Pengadaannya dilakukan dari tahun 1984, bertepatan dengan pindahnya Museum Rumah Bari ke Museum Balaputra Dewa.

Tapi, proses pemindahan itu tidak diikuti dengan semua koleksi yang ada, beberapa di antaranya disimpan pada Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.

Aneka koleksi yang terpajang rapi dan terawat di bangunan tersebut meliputi arkeologika, keramologika, etnografika, numismatika, biologi dan seni rupa.

foto by tripadvisor.co.uk

Di bagian depan sebelah kiri, ada replikasi prasasti, seperti Talang Tuo, Boom Baru, Telaga Batu dan Kedukan Bukit. Sedangkan di sisi lainnya, pengunjung bisa melihat Silsilah Raja Palembang dan lukisan dari Perang Palembang pada tahun 1821.

Lalu, terdapat koin yang telah ada sejak tahun 1023-1253 H. Pada masa Kesultanan Palembang, ia digunakan sebagai alat transaksi. Koin-koin yang bertuliskan Sultan Fi Balad Palembang itu terbuat dari perunggu dan timah. Kebanyakan memiliki lubang di bagian tengahnya.

Lanjut:  10 Gambar Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya Palembang, Sejarah Museum, Letak Lokasi + Tiket Masuk

Ada pula replika Rumah Limas, yakni rumah adat Sumatera Selatan, replika Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I, berbagai jenis senjata serta perlengkapan pakaian yang dikenakan oleh wanita Palembang jaman dulu.

foto by tripadvisor.com

Di main hall Museum SMB II juga dipamerkan beragam kain, seperti sewet tanjung yang berbahan benang sutera. Biasanya, yang dipakai oleh pria disebut tanjung rumpak atau gebeng, sementara untuk wanita dinamakan tanjung blongsong.

foto by maipura.wordpress.com

Kain songket seharga puluhan hingga ratusan juta pun dipajang pada main hall gedung. Nilainya bisa semahal itu karena proses pembuatan dilakukan selama 3 bulan dan melibatkan benang emas yang membuatnya lebih berat serta berkilauan.

Di samping songket, terdapat pula kain pelangi dan kain semage yang kerap digunakan untuk ritual perkawinan, kematian atau upacara adat lainnya. Kain tersebut berasal dari Kamboja dan Siam.

Di ruangan lain, ada satu set furnitur meja dan kursi jaman dulu. Semakin masuk ke dalam, pengunjung akan menemui diorama perahu-perahu khas Bumi Sriwijaya.

foto by pergiberwisata.com

Ada Perahu Bidar yang digunakan sebagai pengangkutan dalam gerak cepat. Bila para bangsawan bepergian dengan perahu pelancong, mereka akan dikawal oleh Bidar-bidar yang membawa bekal dan perlengkapan lain. Tapi, sekarang Bidar lebih difungsikan sebagai alat olahraga dan sering dilombakan.

Selain itu, ada Perahu Model yang dipakai untuk menjajakan barang atau makanan keliling Sungai Musi. Salah satu santapan yang dijual adalah model atau pempek. Oleh karenanya, alat angkut itu dinamakan sesuai hidangan yang diperdagangkan.

Replika lainnya adalah Peraju Kajang atau Kayuagung. Ukurannya lebih besar dan ditutupi oleh atap yang kokoh. Ia terdiri atas beberapa ruangan yang dimanfaatkan untuk berdagang, memasak, tidur dan sebagainya.

Lanjut:  Danau Ranau Terletak di Perbatasan Lampung dan Sumatra Selatan

Dulu, perahu tersebut dibawa untuk berjualan dengan jarak jauh oleh para pedagang beserta keluarganya.

Beberapa display berikutnya menampilkan piring-piring keramik dan cetakan besi untuk membuat kudapan jaman dulu, seperti kue pancong. Tak jauh dari sana, ada seperangkat alat menenun yang meliputi gulungan benang serta perentang, pemasuk dan pengangkat benang.

Selain letaknya strategis, Museum Sultan Badaruddin II sangat cocok untuk destinasi study tour supaya generasi muda lebih mengenal sejarah Palembang dan menambah wawasan budaya. Tapi, jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan berbagai objek bersejarah dalam bentuk potret atau gambar.

foto by instagram.com/syafarudin_huda/

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!