Museum Sumpah Pemuda Jakarta

Lokasi: Jalan Kramat Raya No.106, Kwitang, Senen, RT.2/RW.9, Jakarta Pusat 10420
Map: Klik Disini

HTM: Rp.2.000 (Dewasa), Rp.1.000(Anak Anak)
Buka Tutup: 08.00–16.30
Telepon:
(021) 3103217

Museum Sumpah Pemuda memang unik karena lokasi bangunan berada di alamat yang sama persis dengan lokasi kejadian bersejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia.

Untung saja rumah tersebut masih berstatus hak guna bangun yang dimiliki seorang pengusaha Cina sehingga dapat diselamatkan dan kemudian dikelola negara.

Foto By @digitamagabumon

Selanjutnya rumah yang menjadi saksi sejarah tersebut dijadikan sebagai sarana untuk mengenang para pemuda yang merintis persatuan dan kesatuan.

Lokasi Museum terletak di Jalan Kramat Raya no.106 Jakarta Pusat. Letaknya tidak jauh dari Stasiun Pasar Senen sekitar 2 km arah selatan dan banyak alat transportasi yang bisa digunakan seperti busway, bus patas, metro mini 15 dan 17.

Hampir semua rute angkutan umum dikota melewati akses jalan raya menuju depan gedung museum sehingga cara ke museum memang sangat mudah.

Bangunan museum didirikan diatas lahan seluas 1040 meter persegi dengan luas bangunan 460 meter persegi.

Denah lokasi menurut peta wilayah Jakarta, bahwa sebelah utara terdapat bekas laboratorium kimia Harum Sari dan sebelah selatan ada Dealer Yamaha.

Foto By @ridwanz81

Sedangkan sebelah timur ada jalan raya dan sebelah barat terdapat perumahan penduduk. Lokasi gedung berada di titik koordinat location : UTM 48M 703913 9316023 Geografis 560 11’ 01” LS 1060 50’ 35” BT.

Tujuan dibangunnya museum agar bisa dijadikan sebagai wahana belajar bagi masyarakat, terutama kalangan anak muda saat ini agar bisa mencontoh sikap pemuda pada masa itu yang berjuang keras demi kemerdekaan.

Museum Sumpah Pemuda mulai buka jam 08.00-16.30 dengan waktu operasional setiap hari dan tutup pada hari Senin.

Jika melakukan kunjungan ke museum, maka wisatawan bisa mengetahui kronologi lahirnya keputusan kongres pemuda kedua tanggal 28 Oktober 1928.

Keputusan Konggress kedua yang disebut Sumpah Pemuda memiliki tujuan untuk menyatukan seluruh bangsa ini dari perpecahan dan perbedaan pendapat.

Dengan berdirinya Museum Sumpah Pemuda, diharapkan bisa membuat para pengunjung lebih mencintai negara ini dan ikut berpartisipasi dalam memajukan negara.

Hal ini mengingat bahwa salah satu sikap yang paling baik sebagai warga negara adalah belajar tentang sejarah dan meniru semangat dan perjuangan para pahlawan untuk membangun bangsa ini.

Koleksi Museum
❤️

Foto By @ayudyah189

Memasuki halaman museum, para pengunjung bisa melihat beberapa patung yang diletakkan di teras. Ada juga miniatur bangunan museum dalam ruang kaca dan terletak di depan pintu tengah.

Lanjut:  Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng

Sebelum masuk ke dalam museum, para pengunjung harus membayar htm sekitar Rp.2000 dan htm anak-anak Rp.1000, sedangkan untuk harga tiket masuk bagi wisatawan asing sebesar Rp.10.000.

Selain itu, para pengunjung juga harus mengisi buku tamu sebagai tanda laporan atau arsip bagi pengelola Museum.

Ada 8 ruangan dalam Museum Sumpah Pemuda dan setiap ruangan memiliki pengetahuan sejarah masing-masing mengenai perjalanan perjuangan para pemuda.

Ada yang berisi tentang diorama, video, gambar yang disertai dengan keterangan, patung serta koleksi lainnya yang bisa memberikan informasi.

Para pengunjung bisa memilih salah satu pintu untuk memasuki ruangan museum. Melalui pintu pertama, merupakan Ruang Pengenalan yang berisi tentang rapat pemuda dan pintu kedua berupa ruang organisasi kepemudaan.

Foto By @mikehadjoh

Pada Ruang Pengenalan, para pengunjung akan melihat awal mula para pemuda yang berkumpul dalam sebuah rumah kontrakan untuk melakukan diskusi.

Para pelajar dari berbagai daerah yang tidak kebagian asrama di sekolahan, maka tinggal di rumah kontrakan milik salah satu pengusaha Cina tersebut.

Di rumah kontrakan inilah, tempat dimana para pelajar dengan latar belakang yang berbeda-beda, namun memiliki visi misi yang sama untuk kemerdekaan bangsa biasanya berkumpul.

Mereka rajin melakukan diskusi dan rapat untuk membahas pertanyaan dan langkah-langkah perjuangan.

Di ruang tersebut terdapat patung, foto keadaan Jakarta masa itu dan juga diorama para pemuda dan siapa saja yang sedang menghadiri rapat.

Melangkah ke ruang sebelahnya adalah Ruangan organisasi kepemudaan. Disini dipamerkan sejarah tentang organisasi kepemudaan, seperti Perhimpunan Indonesia, Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Minahasa dan lainnya.

Terdapat beberapa atribut bendera sebagai lambang dan logo perkumpulan para pemuda dari masing-masing daerah.

Foto By @peggylaison

Sebelahnya ada Ruangan Indonesia Raya yang merupakan sejarah awal mula lagu kebangsaan tersebut yang dinyanyikan dengan biola oleh W.R Supratman.

Di ruangan ini terdapat biola milik pengarang lagu Indonesia Raya tersebut beserta dengan piringan hitamnya.

Namun piringan hitam asli telah hilang dan menjadi misteri sampai sekarang, hanya ada piringan rekaman lagu Indonesia Raya versi keroncong.

Ada pula koleksi foto-foto W.R Supratman lengkap beserta artikel keterangannya selama aktif dalam perkumpulan pemuda.

Terdapat juga kisah W.R Supratman yang mendirikan band bersama teman-temannya di kota Makasar.

Foto By @lelymei

Sebagai pengarang lagu Indonesia Raya, ternyata W.R Supratman tidak bisa mendengarkan lagunya sendiri ketika dinyanyikan saat pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Dia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1937, tepat 8 tahun sebelum naskah Proklamasi dibacakan Presiden Soekarno.

Lanjut disebelahnya adalah Ruangan Indonesia Muda dan terdapat dua patung lilin yang sedang membaca surat kabar serta patung W.R Supratman sedang bermain biola.

Lanjut:  Habis Shopping di Grand Indonesia, Jangan Lupa Nongkrong Dulu ke 6 Rekomendasi Tempat Ini Deh!

Banyak foto-foto pelajar yang aktif dalam pembentukan konggres yang menempel rapi di dinding disertai keterangan singkat.

Ternyata masih ada beberapa ruangan di halaman belakang dan ruangan pertama yang dijumpai adalah Ruang Kepanduan.

Ruangan ini berisi tentang kegiatan sosial masyarakat, seperti Gerakan Pramuka, PMI dan kegiatan sosial lainnya. Terdapat koleksi baju Pramuka, baju PMI, sepeda onthel, Buku Panduan serta kotak P3K.

Foto By @ridwanz81

Ruang selanjutnya adalah ruangan koleksi Konggres Pemuda Pertama. Terdapat diorama patung para pemuda dikursi sebagai peserta Konggres Pertama.

Pada dinding ruangan, terdapat foto-foto peserta dan keterangan kronologi jalannya Konggres yang diadakan tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926.

Konggres pertama diikuti perwakilan dari beberapa oranisasi pemuda yang ada di Indonesia.

Konggres dilaksanakan selama 3 hari, bertujuan untuk menumbuhkan semangat persatuan diantara organisasi pemuda dan merumuskan bahasa persatuan. Konggres dilaksanakan di Gedung Vrij-Mer-Selaar-Sloge di Jln. Budi Utomo.

Pada Konggres yang pertama ini, merumuskan gagasan-gagasan tentang Persatuan Indonesia yang dikemukakan oleh Moh. Tabrani dan Soemarto.

Gagasan kedua adalah peranan wanita dalam kemajuan bangsa yang digagas oleh Bahder Djohan serta perkembangan bahasa dan sastra Indonesia, makalah tersebut dibacakan oleh Muhammad Yamin.

Foto By @ray___ant

Ruang selanjutnya adalah ruangan konggres Indonesia kedua dan sudah ada keputusan deklarasi yang dilakukan pada tanggal 28 Oktober 1928 bernama Sumpah Pemuda.

Konggres ini meneruskan gagasan dari Konggres pertama. Di sini terdapat diorama para pemuda yang duduk berbaris memimpin jalannya sidang konggres.

Koleksi lainnya adalah hasil butir-butir konggres yang tertulis dan bisa dibaca pengunjung karena tulisannya dibuat dalam ukuran besar dan ditempelkan pada ruangan tersebut.

Selain itu, ada koleksi teks dan notasi lagu kebangsaan Indonesia Raya yang menempel pada dinding.

Pada halaman belakang yang terbuka, terdapat taman dengan tempat duduk dan diatasnya ada pepohonan merambat sebagai peneduh.

Di pojok dinding taman, terdapat relief yang menceritakan tentang aktifitas para pemuda dari tahun 1945, 1966, sampai tahun 1998.

Selain itu, ada juga monumen persatuan dengan bangunan berbentuk kepalan tangan yang mengangkat keatas, sebagai simbol persatuan.

Menelusuri Sejarah
❤️

Foto By @ridwanz81

Pada tahun 1925, para pelajar pribumi di sekolah Kedokteran Stovia di Batavia, banyak yang tinggal di rumah kontrakan milik Sie Kong Liong di jalan Kramat Raya 106 yang bernama Gedung Kramat Raya 106.

Kemudian rumah kontrakan tersebut beralih fungsi menjadi pusat perkumpulan para pemuda pelajar pribumi dan tempat kesenian.

Lanjut:  Shopaholic, Ini Dia 10 Hotel Dekat Mangga Dua, Murah Mulai Rp.150 Ribu

Setelah mengadakan beberapa kali rapat dan pertemuan, akhir bulan April 1926 diadakan sebuah sidang pertemuan yang disebut Konggres Pemuda Pertama selama 3 hari di jalan Budi Utomo.

Tujuan mendirikan konggres ini untuk menggali gagasan-gagasan para peserta konggres untuk perjuangan bangsa Indonesia.

Dua tahun kemudian, tepatnya tanggal 24 Oktober 1928, panitia acara Konggres Pemuda Kedua memberikan pengumuman untuk mengadakan rapat kepada para peserta.

Rapat pertama dilakukan pada malam Minggu tanggal 27 Oktober 1928 pada pukul 07.30-11.30 bertempat di gedung Katholieke Jongenlingen Bond untuk membicarakan susunan acara Konggres tentang persatuan dan kesatuan.

Selanjutnya panitia mengadakan rapat di dua tempat, yang pertama berada di gedung Oost Java Bioscoop yang sekarang gedung Medan Merdeka Utara.

Pertemuan ini membahas tentang masalah pendidikan yang diprakarsai oleh Poermanawoelan, Sarmidi Mangoensarkoro, Ki Hadjar Dewantoro dan Djoko Sarwono.

Foto By @digitamagabumon

Sedangkan rapat kedua di gedung Indonesisiche Clubgebouw yang sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda di jalan Kramat Raya 106.

Rapat tersebut membicarakan tentang masalah Padvinderij oleh Ramelan dan masalah pergerakan pemuda oleh Mr.Soenario.

Di gedung ini akan dibacakan semua hasil keputusan rapat yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda 1928.

Pada tahun 1934-1937, gedung Kramat Jaya 106 tidak lagi digunakan sebagai rumah kontrakan pelajar dan berpindah tangan kepada Pang Tjem Jam sebagai rumah pribadi.

Tahun 1937-1948 menjadi toko bunga dan menjadi hotel pada tahun 1948-1951. Sedangkan tahun 1951-1970, gedung ini disewa kepala kantor Bea Cukai.

Setelah masa hak guna bangun gedung tersebut berakhir di tahun 1972, Mr. Soenario sebagai salah satu pendiri Sumpah Pemuda, mengirimkan surat kepada Gubernur Jakarta, Bapak Ali Sadikin.

Surat tersebut berisi permohonan agar gedung Kramat Jaya 106 bisa dijadikan musium atau monumen.

Hal tersebut mendapat respon positif dari Bapak Gubernur sehingga didirikan Museum Sumpah Pemuda pada tahun 1973 yang diresmikan oleh Bapak Ali Sadikin.


Satu pemikiran pada “Museum Sumpah Pemuda Jakarta”

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!