Keunikan Pura Lingsar

Lokasi: Jalan Gora 2, Desa Lingsar, Kec. Lingsar, Lombok Barat, NTB 83237
Map: Klik Disini
HTM: Gratis
Buka Tutup: 07.00 – 17.00
Telepon: –

Bukan Pantai❤️

Lombok tak melulu soal pantai atau pulau kecil yang asyik untuk snorkeling. Di sana juga terdapat objek wisata budaya dan religi, salah satunya Pura Lingsar.

Namun bukan Pura Lingsar Bebengan yang ada di Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat ya. Melainkan yang terletak di Kabupaten Lombok Barat.

Sanggar kekeramatan itu merupakan tempat bersatunya kedua umat, yakni umat Muslim dan juga Hindu.

Memang sulit dipercaya, bahwa kedua umat yang mempunyai latar belakang budaya dan keyakinan berbeda bisa hidup berdampingan serta menjalankan ritusnya masing-masing tanpa ada perselisihan. Tapi, itulah yang terjadi di Pura Lingsar.

Sejarah Singkat❤️

Foto By @anne_meongz

Sejarah berdirinya Pura Lingsar merupakan topik yang cukup menarik untuk dibahas. Begitu pula dengan pemberian nama tempat wisata religi tersebut.

Awal cerita, ada rombongan orang dari Karangasem, Bali yang berkunjung ke Lombok untuk pertama kali.

Mereka yang berjumlah sekitar 80 orang itu mendarat di pantai dekat Gunung Pengsong. Kemudian meneruskan perjalanan ke Perampuan, Pagutan dan Pagesangan.

Foto By @dhaneeeeee

Lalu, rombongan berjalan kaki dan sesampainya di daerah Punikan, mereka merasa lapar dan haus. Setelah makan, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan letusan.

Para rombongan pun mencari sumber suara itu yang ternyata berasal dari sebuah mata air. Kemudian, ada wahyu yang mengatakan jika telah menaklukkan Lombok, maka buatlah pura di sana.

Selanjutnya, luapan air tadi dinamakan Ai’ Mual atau air yang mengalir. Tapi, namanya berubah menjadi Lingsar, Ling berarti sabda atau wahyu dan Sar yang artinya jelas atau syah. Jadi, Lingsar memiliki arti “wahyu yang jelas”.

Lanjut:  Mau Camping Atau Snorkeling? Coba Gili Kondo di Lombok Timur

Lingsar Temple sendiri pembangunannya diperkirakan pada tahun 1759, ketika kekuasaan Mataram yang waktu itu berpusat di Cakranegara berakhir.

Pembangunan pura yang dilakukan oleh Raja Ketut Karangasem Singosari itu bertujuan untuk mempersatukan Masyarakat Sasak dan Bali secara batiniah.

Foto By @pasqual

Lokasi pura ini bersebelahan dengan Kemaliq Lingsar yang menjadi tempat pemujaan Masyarakat Sasak.

Sejak dulu, masyarakat itu memang telah melakukan pemujaan pada Kemaliq atau sumber mata air. Kemaliq berasal dari kata “maliq” yang dalam Bahasa Sasak berarti suci atau keramat.

Kemaliq ini sangat dikeramatkan oleh Masyarakat Sasak karena dipercaya sebagai tempat hilangnya Raden Mas Sumilir, yakni seorang penyiar Agama Islam Wetu Telu yang berasal dari Kerajaan Medayin.

Deskripsi Ritual
❤️

Foto By @poldantb

Lingsar Temple adalah pura tertua dan terbesar di Pulau Seribu Masjid. Alamat pura ini berdasarkan map ada di Jalan Gora 2, Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Di Pura Lingsar, ada dua bangunan utama yakni Pura Ulon dan Pura Gaduh. Ulon adalah bangunan pertama yang terletak di sisi timur kompleks, sementara Gaduh di dalam kompleks taman dan biasa disebut dengan Pura Lingsar saja.

Nah, dalam Kompleks Pura dan Kemaliq Lingsar yang seluas 26 hektar itu terdapat bangunan pura yang tidak terlalu besar, namun memiliki beberapa keunikan.

Foto By @journeylaziza_

Puranya sendiri terdiri dari tiga kompleks, yakni Kompleks Pura Lingsar, Kompleks Kemaliq dan Kompleks Pesiraman.

Pada masing-masing kompleks masih ada beberapa bangunan suci yang digunakan sebagai tempat upacara dan pemujaan.

Seperti Bale Banten, Pararianan, Pawedaan, Penyungsungan Betara Alit Sakti di Bukit, Penyungsungan Betara Gunung Agung, Betara Ngerurah dan lainnya.

Di halaman parkir juga ada gedung baru yang dijadikan sebagai tempat pagelaran. Selain beberapa bangunan, di sana juga terdapat pancuran air yang berderet sebanyak tujuh buah.

Lanjut:  Pantai Tanjung Ringgit Lombok Timur

Masyarakat setempat percaya siapapun yang mau mencuci muka di pancuran tersebut akan awet muda.

Foto By @syahrul_bin_syam

Tempat beribadah ini masih sangat asri dan terawat. Itu secara tidak langsung menandakan terjalinnya hubungan baik antara umat Islam dan Hindu di sana.

Apalagi, memang tidak pernah ada perselisihan meskipun terdapat dua ajaran yang berlainan. Hingga saat ini, Lingsar Temple masih digunakan sebagai tempat beribadah kaum Hindu dan Muslim.

Bahkan, dalam melestarikan mata air yang disucikan oleh keduanya, setiap tahun diadakan upacara Perang Topat oleh umat Sasak berbarengan dengan Upacara Odalan atau Pujawali yang dilaksanakan oleh umat Hindu.

Foto By @syahrul_bin_syam

Perang topat sendiri ialah upacara yang dilakukan dengan saling melempar senjata berupa topat atau ketupat. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum menanam padi, tapi setelah musim hujan datang.

Seperti yang disampaikan dalam makalah-makalah, tujuannya untuk mengembalikan hasil tanah berupa ketupat pada asalnya (Lingsar).

Hasilnya akan menjadi pupuk bagi bibit padi yang hendak ditanam. Biasanya, upacara ini dihadiri oleh anggota Subak Kecamatan Lingsar serta Narmada.

Sebelum dimulai, ada beberapa orang yang akan naik ke Gunung Rinjani. Mereka membawa barang-barang yang terbuat dari emas dengan bentuk kura-kura, udang, nyale dan gurame.

Nantinya, barang-barang itu akan dibuang ke Danau Segara Anak guna memohon kemakmuran. Pada intinya, Perang Topat dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur pada Sang Pencipta atas segala berkah dan karunia yang diberikan-Nya.

Memberi Makan Ikan
❤️

Foto By @neeshakrish

Ketika memasuki pintu gerbang, pengunjung akan ditawari untuk membeli telur asin rebus dengan harga Rp.10.000 (per 3 butir) oleh penjaga.

Bukan tanpa maksud, telur tersebut nantinya digunakan untuk memberi makan ikan-ikan yang hidup dalam empang di kawasan Pura Lingsar atau disebut juga dengan kolam Telaga Ageng.

Lanjut:  10 Daftar Pilihan Resort Daerah Lombok Dengan Keindahan Bak Surga Dunia Dengan Harga Mulai Rp.396.000

Empang tersebut dibuat untuk menghormati salah satu dewa, yakni Dewa Whisnu. Di situ, akan Anda temui banyak koin bertebaran yang sengaja dilemparkan para tamu agar diberi kemudahan rejeki oleh Tuhan.

Dalam empang seluas 6.230 m2 itu, terdapat banyak ikan yang unik dan akan keluar dari celah-celah kecil di sekitar kolam jika “dipanggil” oleh pawang.

Ibu Nur, pawang ikan yang yang bertugas sebagai penjaga kolam akan mengupas telur dan membuangnya ke kolam. Beliau melakukan itu sambil menepuk-nepuk dinding di pinggir kolam supaya ikannya mau muncul ke permukaan.

Harga Tiket Masuk❤️

Foto By @jackysanlombok

Saat berada di pintu masuk objek wisata ini, pengunjung hanya diminta untuk mengisi buku tamu dan memberi sumbangan seikhlasnya sebagai pengganti tiket.

Setelah itu, Anda akan diberi selendang berwarna kuning yang harus diikatkan di pinggang sebelum memulai wisata religi di Pura Lingsar. Selendang tersebut merupakan symbol penghormatan untuk melindungi keperawanan pura.

Pura Lingsar dapat dikunjungi untuk menikmati wisata religi sekaligus mengetahui sejarah, keunikan dan misteri yang melingkupinya secara langsung, bukan hanya melalui Wikipedia atau gambar.

Di sana, pengunjung akan merasakan suasana yang tenang dan damai sembari membayangkan tentang awal mula berdirinya pura tersebut.

Anda bisa mendapat banyak pelajaran sepulang dari situ, khususnya dalam hal menghargai perbedaan dan menjalin kerukunan antar sesama.


Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!