Tana Toraja, Tempat yang Pas untuk Mengenal Salah Satu Kekayaan Budaya Indonesia

Lokasi: Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan
HTM:
Buka/Tutup: 24 jam
Nomor Telepon:
Map: KlikDisini

foto by instagram.com/avittkuntjoro/

Jika Anda sangat suka dengan wisata budaya, sebaiknya Anda pertimbangkan Tana Toraja untuk dikunjungi.
Hal ini dikarenakan Tana Toraja sangat terkenal dengan masyarakatnya yang masih memegang teguh tradisi leluhurnya. Mereka melestarikan tradisi tersebut dalam bentuk upacara serta ritual adat yang rutin diselenggarakan sampai sekarang.

Lokasi Tana Toraja❤️

Tana Toraja sejatinya merupakan kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Selain menjadi tempat wisata budaya, Tana Toraja juga merupakan salah satu tempat konservasi peradaban budaya Proto Melayu Austronesia yang ada di Indonesia.

Tana Toraja juga mendapat julukan Land of Heavenly Kings karena lokasinya yang ada di dataran tinggi Sulawesi Selatan.

Cara Menuju ke Tana Toraja❤️

foto by instagram.com/pejalantoraja/

Jika Anda berasal dari Jakarta ataupun daerah-daerah lain di luar Pulau Sulawesi, Anda bisa langsung membeli tiket pesawat yang menuju ke airport atau Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makasar. Supaya lebih mudah, Anda pesan tiket tersebut secara online.

Ada banyak sekali blog website yang bisa Anda kunjungi untuk tujuan satu ini, seperti Agoda, TripAdvisor, Traveloka dan lain-lain.

Sesampainya di Makasar, Anda masih membutuhkan waktu sekitar 8 jam lagi untuk tiba di lokasi karena jaraknya masih lumayan jauh.

Silahkan Anda naik bis DAMRI untuk menuju ke berbagai terminal bis setempat yang menuju ke Tana Toraja. Jika Anda tidak ingin repot seperti ini, Anda bisa memesan travel agent saja.

Hal yang Menarik dari Tana Toraja❤️

Ada banyak hal menarik yang bisa Anda saksikan dan nikmati selama berada di Tana Toraja, yakni sebagai berikut:

1. Upacara Rambu Solo❤️

foto by instagram.com/nugrahaanasara/

Upacara Rambu Solo adalah ceremony yang dilakukan secara khusus bagi orang-orang yang sudah meninggal dunia. Upacara ini sebenarnya adalah upacara penguburan yang terdiri dari beberapa kegiatan sekaligus.

Yang menarik adalah persiapan upacara ini dilakukan selama berbulan-bulan dan biayanya juga cukup besar. Lalu bagaimanakah mayat jika upacaranya saja membutuhkan waktu yang cukup lama? Sekedar informasi, mayat yang dimaksud tidak dikubur terlebih dahulu, tetapi disimpan di rumah leluhur dengan dibungkus kain.

Lanjut:  Mengenal Sejarah Leluhur Tana Toraja di Museum Ne’ Gandeng

Salah satu dari beberapa kegiatan Upacara Rambu Solo adalah pemotongan kerbau serta babi yang jumlahnya ditentukan oleh tetua adat. Secara otomatis, upacara ini membutuhkan biaya besar, dimana semakin kaya atau tinggi pangkat seseorang, maka biaya upacara pemakamannya juga semakin mahal.

foto by instagram.com/nugrahaanasara/

Upacara Rambu Solo akan terasa menegangkan, karena hewan-hewan yang dimaksud tidak disembelih seperti saat kita menyembelih hewan kebanyakan, akan tetapi dipotong dengan satu kali tebasan menggunakan parang yang sangat tajam.

Tidak bisakah kerbau tersebut diganti dengan hewan lain? Untuk ini, ada semacam kepercayaan di masyarakat Tana Toraja bahwasanya arwah orang yang sudah meninggal itu memerlukan kerbau untuk menuju ke akhirat dengan anggapan bahwa semakin banyak kerbau yang dipotong, arwah tersebut juga semakin lekas sampai ke sana.

Selama upacara berlangsung, mayat orang yang sudah meninggal tetap disimpan di rumah leluhur dan baru dikuburkan setelah upacaranya selesai.

foto by instagram.com/nugrahaanasara/

Upacara ini sendiri biasanya akan berlangsung selama dua hingga tiga hari, bahkan 2 minggu. Barulah setelah itu mayat akan dikuburkan di kuburan yang lokasinya ada di bagian atas bukit batu yang cukup tinggi.

Karena Upacara Rambu Solo ini hanya diadakan setiap kali ada orang yang meninggal dunia, ada baiknya Anda menghubungi pihak travel agent jika ingin menyaksikannya, karena biasanya travel agent ini mempunyai link khusus sehingga bisa mengetahui kapankah Upacara Rambu Solo diselenggarakan.

2. Tradisi Ma’nene❤️

Masih berhubungan dengan orang yang sudah meninggal, Tradisi Ma’nene adalah tradisi untuk mengenang leluhur yang secara khsusus dilakukan oleh masyarakat Baruppu di pedalaman Tana Toraja Utara.

foto by travel.tribunnews.com

Tradisi ini dilakukan dengan cara membersihkan serta mengganti baju mayat leluhur karena bagi mereka, jenazah-jenazah tersebut masih menjadi bagian dari keluarga. Mereka juga percaya bahwa arwah para leluhur senantiasa mengawasi keturunannya dari alam sana.

Tradisi ini biasa dilakukan setiap 3 tahun sekali atau bulan Agustus saat masa panen telah lewat. Mereka akan mengeluarkan jenazah dari peti mati (erong) dengan diiringi doa-doa yang diucapkan dalam bahasa Toraja Kuno.

Barulah setelah itu, mayat akan mulai dibersihkan secara menyeluruh. Setelah mayat dirasa bersih, mayat tersebut juga akan dipakaikan baju baru, didandani serta didirikan. Pantangan tradisi ini adalah upayakan agar mayat tidak menyentuh dasar tanah dengan cara dipangku oleh keluarga yang bersangkutan.

Lanjut:  Lembah Hijau Rumbia Jeneponto Sulawesi Selatan

Hal yang menjadikan tradisi ini istimewa adalah mayat tersebut dapat berdiri tegak serta berjalan seperti masih hidup, yang beradasarkan keyakinan hal ini dapat terjadi karena doa serta mantra yang diucapkan oleh pemimpin tradisi sebelum tradisi dimulai.

Sebaiknya Anda tidak mencoba menyentuh mayat-mayat tersebut, karena tindakan ini bisa menyebabkan efek mantra menghilang dan mayat akan jatuh. Orang yang melakukan hal itu juga wajib membangunkan mayat untuk kembai ke posisi semula.

foto by travel.tribunnews.com

Tana Toraja dihuni oleh penduduk yang agama mayoritasnya adalah Kristen. Tetapi ada juga yang beragama islam dan menganut animisme (disebut Aluk To Dolo). Karena itu tidak heran jika culture dan tradisi yang ada di sini sangat erat kaitannya dengan mayat atau arwah seperti Upacara Rambu Solo dan Tradisi Ma’nene di atas.

Namun justru ini yang menjadi daya tarik utama wisata di Tana Toraja, terutama Tradisi Ma’nene. Ada yang menggambarkan saat menyaksikan tradisi tersebut, itu hampir sama dengan saat kita menonton serial The Walking Dead.

3. Kopi Toraja❤️

foto by instagram.com/dapoerciragil/

Kopi Toraja adalah kopi dengan jenis Arabica. Jika Anda menikmatinya tanpa gula, Anda akan mencecap rasa gurih yang mungkin belum pernah Anda rasakan pada kopi-kopi di daerah lain. Saking istimewanya, Jepang dan Amerika menjadi negara utama yang mengimpor kopi ini.

Di Jepang bahkan ada merk dagang kopi Toraja yang telah dipatenkan oleh Key Coffee. Di beberapa kafe di dunia, kopi ini bahkan menjadi salah satu menu yang harganya lumayan mahal. Namun sayang, harga ini tidak lantas mengarahkan ekonomi masyarakat di sana menjadi lebih baik.

4. Adu Kaki Sisemba❤️

Adu Kaki Sisemba adalah salah satu atraksi (attractions) budaya yang mungkin tidak Anda temukan di daerah lainnya. Atraksi ini memang sedikit mirip dengan tawuran hanya saja sesuai dengan namanya, ‘tawuran’ tersebut hanya menggunakan kaki.

foto by skip-row.blogspot.com

5. Aneka Macam Kuburan❤️

Jika pada Tradisi Ma’nene Anda bisa memperhatikan mayat yang dikeluarkan dari peti mati, ketahuilah bahwasanya itu bukan satu-satunya cara mereka menguburkan mayat. Ada beberapa macam kuburan disini seperti kuburan batu, gantung, goa bahkan tree atau pohon. Masing-masing kuburan ini unik karena ada ceritanya sendiri-sendiri.

Lanjut:  10 Rekomendasi Minuman Khas Daerah Sulawesi Yang Banyak Diburu Karena Kelezatannya Yang Menggugah Selera

Objek Wisata di Tana Toraja❤️

Selain bisa menikmati wisata budaya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Anda juga bisa sekalian explore berbagai tempat wisata lain di Tana Toraja yang terdiri atas:

• Desa Adat Kete Kesu
Kete Kesu adalah desa tertua di Distrik Sanggalangi. Desa ini ada di area pegunungan dan konon katanya, Kete Kesu ini belum berubah sejak 400 tahun yang lalu. Di desa ini, Anda bisa menyaksikan rumah adat, tempat pemakaman (burial), area persawahan, lumbung padi serta padang rumput tempat penggembalaan kerbau.

• Museum Ne’ Gandeng
Jika Anda tertarik untuk mempelajari sejarah Tana Toraja, Museum Ne’Gandeng harus Anda kunjungi. Museum ini berada di Kecamatan Sa’dan Balusu, tepatnya di Desa Palangi. Di sini, Anda bisa mengenal sejarah, adat serta budaya masyarakat Toraja lebih lengkap.

foto by instagram.com/museumnegandeng/

Kalau Anda berminat untuk menginap, ada juga penginapan Tongkonan (rumah adat Toraja) yang bisa menampung sekitar 30 orang.

• Batutomonga
Jika Anda backpacker-an ke Tana Toraja, jangan lupa untuk mengunjungi Batutomonga juga. Batutomonga adalah tempat yang tepat jika Anda ingin menikmati pemandangan Toraja dari ketinggian dan dikenal sebagai negeri di atas awan.

Momen terbaik untuk Anda datang ke sini adalah saat pagi hari sekalian menikmati sunrise. Jangan lupa, abadikan keberadaan Anda di sini dalam bentuk foto atau gambar ya.

• Bori Kalimbuang
Kalau ini merupakan situs purbakala yang berisi sekitar 102 buah menhir (batu berdiri), yang konon katanya didirikan dalam rangka menghormati keluarga bangsawan dan pemuka adat yang telah meninggal dunia.


Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!